[caption caption="Banyak juga buah-buahan khas desa (foto dindin)"]
Resort ini hanya memiliki 7 kamar yang tersebar dalam beberapa bangunan. Jarak antara satu bangunan dengan bangunan lainnya terbilang cukup jauh dan harus melalui jalan setapak yang berkelok-kelok. Namun disinilah keindahannya, jalan penghubung dibuat sedemikian apik. Terbuat dari batu-batu kali yang ditata rapi. Sebelum sampai di ujung resort, pengunjung harus melewati dua anak sungai yang airnya mengalir deras dan sangat jernih. Itik-itik putih tampak berenang dengan gembiranya di sana,
Saat malam menjelang suasana resort ini sangat sepi. Hanya gemuruh aliran sungai dan suara-suara binatang malam yang memecah kesunyian. Sangat cocok bagi Anda yang ingin mencari inspirasi dan ketenangan.
[caption caption="Ada sungai mengalir di depan bangunan resort (foto dindin)"]
Hampir Semua Pelangganya Bule Eropa
Menurut cerita Pak Ketut, Nyoman (36) sang pemilik Resort menikah dengan istrinya Barbara (46). Kedua pasangan ini bertemu di Ubud, Bali. Lalu menikah tidak lama setelah itu. Barbara berkewarganegaraan Belanda. Mungkin karena itulah sebagian besar tamu yang menginap di Darmada orang-orang Eropa.
“Kebanyakan orang Perancis, Belanda, sebagian lagi Amerika, dan Australia. Kalau wisatawan domestic jarang. Orang-orang Perancis dan Belanda pada umumnya suka menikmati pesona keindahan alam pedesaan. Bisa jadi di negerinya sana sudah jarang ditemui. Dan Pariwisata Bali tampaknya juga mulai bergeser ke kawasan atas. Nusa Dua, Kuta dan Ubud, mulai ditinggalkan. Mungkin karena terlalu ramai” ungkap Ketut.
[caption caption="Bangunan rumah inap, sederhana dan ramah lingkungan (foto dindin)"]
Tak terasa malam semakin larut. Pak Ketut akhirnya pamit menyudahi obrolan akrab kami.
“Jangan meninggalkan makan di kamar ya. Nanti semut-semut pada masuk” pesan Pak Ketut seraya beranjak dari kursi.
[caption caption="Ruang tidur; sederhana tapi nyaman (foto dindin)"]
[caption caption="Suasana malam; hening dan menenangkan (foto dindin)"]