Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melihat Indonesia dari Kampung Berua, Ramang-Ramang

28 April 2014   05:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_333580" align="aligncenter" width="490" caption="Titik awal perjalanan menuju Ramang-Ramang (foto dindin)"][/caption]

Banyak cara dilakukan untuk  menanamkan cinta tanah air pada generasi muda. Salah satunya   seperti yang dilakukan SMA Nasima Semarang. Sepekan kemarin, Senin-Jumat (21-24 April) sekolah yang berada di Jl. Trilomba juang No 1 Semarang ini menggelar Jelajah Nusantara Celebes Island 2014. Sebanyak 65 anak kelas XI dan 7 guru pendamping  ini melakukan ekspedisi perjalanan ke Makassar Sulawesi Selatan.

Kepala SMA Nasima Traju Ismono mengatakan bahwa kegiatan Jelajah Nusantara bertujuan untuk memberikan wawasan  wawasan dan pengenalan ragam budaya, adat istiadat, dan kekayaan alam nusantara kepada siswanya.

“Jelajah Nusantara merupakan program tahunan sekolah yang merupakan implementasi dari ciri khas kenasimaan yakni wawasan kebangsaan. Anak-anak sebagai calon pemimpin masa depan harus memiliki konsep bahwa Indonesia tidak hanya Jakarta dan Jawa. Indonesia negeri yang terdiri dari ribuan pulau yang didalamnya tinggal beragam suku bangsa. Dengan Jelajah Nusantara ini diharapkan akan membuka wawasan  mereka tentang nusantara yang sebenarnya. Ekspedisi sebelumnya  telah merambah ke  Kalimantan,  Lombok, Bali,   Jatim, dan Banten. Targetnya seluruh nusantara kita kunjungi “” tutur Traju.

Belajar Kearifan  dari Kampung Berua  Ramang-Ramang

Selama empat hari, peserta Jelajah Nusantara dibawa menikmati sensasi dan pengalaman baru  mengenal alam, adat dan budaya  Sulawesi Selatan. Salah satu tempat yang paling menarik adalah Berua. kAMPUNG Berua merupakan sebuah perkampungan terpencil di Desa Ramang-Ramang Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

[caption id="attachment_333582" align="aligncenter" width="560" caption="Rumah adat sederhana  Sulawesi, banyak ditemui di sepanjang aliran sungai (foto dindin)"]

1398610224718010853
1398610224718010853
[/caption]

Perkampungan yang terletak di tengah gugusan karst   ini  menyimpan   kekayaan pengetahuan yang takternilai, mulai dari pemandangan alam yang sangat indah,adat istiadat, serta kearifan dan kesederhanaan para penghuninya.

Di sepanjang  perjalanan menuju Kampung Berua kita akan disambut oleh pemandangan hamparan pegunungan karst yang sungguh indah. Lebih dalam  lagi kita  masuk, akan menemui sebuah aliran sungai yang tenang. Penduduk setempat  menyebutnya Sungai Puthe. Pemandangan di sekitar sungai ini  sangat indah.   Gunung-gunung karst hijau yang menjulang di kiri kanan sungai. Tampak  terlihat juga rumah panggung sederhana  khas Sulawesi  yang berjejer di sepanjang sunggai.

[caption id="attachment_333583" align="aligncenter" width="560" caption="Gerbang sederhana di Kampung Berua, Ramang-Ramang (foto dindin)"]

13986103352079604821
13986103352079604821
[/caption]

Setelah hampir   tiga puluh menit menyusuri sungai, perahu bersandar di tepian sungai yang menjadi gerbang kecil sebuah perkampungan. Inilah sudut terindah di Ramang-Ramang. Terlihat hamparan  sawah yang membentang luas, dan  deretan  rumah tradisional  tampak di tengah  gugusan karst. Beningnya air sungai dengan aneka ikan air tawar yang hidup di dalamnya   menjadi pertanda bahwa warga Kampung Berua Ramang-Ramang memang sangat menghargai alam.

Kampung Berua  Ramang-Ramang hanya didiami oleh lima belas kepala keluarga. Walau hanya didiami oleh lima belas kepala keluarga namun   dua bahasa asli Sulawesi Selatan yang digunakan yakni Bahasa Makassar dan Bahasa Bugis tetap dipertahankan oleh para penuturnya yang tinggal di kampung itu. Bahkan menurut Rosyid salah seorang warga,   bukan hal yang aneh jikakalau dalam sebuah keluarga orang tuanya berhahasa Bugis, anaknya berbahasa Makassar.

[caption id="attachment_333584" align="aligncenter" width="560" caption="Melewati pematang sawah nan indah (foto dindin)"]

13986104781993264010
13986104781993264010
[/caption]

Kehidupan warga Kampung Berua  Ramang-Ramang juga jauh dari hingar bingar kota. Rumah-rumah panggung  kebanyakan terbuat dari kayu seadanya bahkan terkesan sangat bersahaja.  Mata pencaharian sebagian besar  warganya hanya dari menangkap ikan dan bertani.

Lantas apa tidak ada keinginan pindah mencari tempat yang lebih baik dan meninggalkan Ramang-Ramang? Rosyd   menjawab  sambil tersenyum“ Tidak lah. Kami sangat nyaman di sini. Kami tak ada niat sedikitpun meninggalkan leluhur kami “ ungkapnya dengan aksen Makkassar yang khas.

[caption id="attachment_333585" align="aligncenter" width="560" caption="Hmm amboy indahnya (foto dindin)"]

139861056187605019
139861056187605019
[/caption]

Maha Rani salah seorang peserta Jelajah Nusantara mengungkapkan  pengalamannya mengikuti kegiatan ini  “Sungguh keberagaman nusatara   tiada habis untuk dibaca. Tak hanya kekayaan alamnya yang mempesona, adat dan budayanya  rakyatnya  pun menyimpan  sejuta pesona. Perjalanan ini menambah wawasan saya tentang keberagaman Indonesia” ungkap siswa kelas XI ini.

[caption id="attachment_333589" align="aligncenter" width="560" caption="Berbincang bersama warga (foto dindin)"]

1398610726962132214
1398610726962132214
[/caption]

Kampung Berua Ramang-Ramang   sebuah  perkampungan kecil di ujung selatan Sulawesi ini merupakan salah satu   dari ribuan kekayaan alam dan budaya nusantara. Sudah seharusnya masyarakat terlebih lagi anak-anak sebagai generasi penerus dan agen-agen perubahan negeri ini diberi wawasan yang seluas-luasnya tentang potensi, permasalahan,  dan kondisi alam Indonesia secara nyata. Salah satu solusinya, bisa coba Program    Jelajah Nusantara:  ide kreatif SMA Nasima. (din).

[caption id="attachment_333590" align="aligncenter" width="560" caption="Perjalanan pulang (foto dindin)"]

1398610797956098497
1398610797956098497
[/caption]


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun