Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Wong Ndeso Memilih Prabowo?

3 Juni 2014   21:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 2351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_340007" align="aligncenter" width="573" caption="Capres Prabowo Subianto saat melakukan safari politik di Jawa Tengah Tahun 2013 (foto dindin)"][/caption]

Hiruk pikuk pemilihan presiden   yang akan digelar 9 Juli 2014 nanti  ternyata gaungnya tak begitu terdengar bagi warga kampung saya di  pesisir pantai selatan Jawa.  Deklarasi capres, alotnya transaksi koalisi,  sakralnya pengambilan nomor urut capres tak banyak menarik minta mereka untuk menyimaknya.

Orang kampung tak punya banyak waktu untuk menonton televisi,   membaca koran, membuka portal   online, apalagi update status di jejaring sosial. Waktu mereka habis untuk  bekerja di ladang,  berdagang  hasil bumi ke pasar, atau  menganyam daun pandan untuk dijadikan tikar.

Iseng saya bertanya beberapa orang warga   siapa   presiden pilihannya.  Hampir semuanya menjawab Prabowo. Saya tersenyum sekaligus terusik jawaban spontan mereka. Begitu masifkah kampanye pembina partai berlambang kepala  garuda ini, sehingga   sosok  Prabowo lebih menarik dibandingkan Jokowi. Bukankah Jokowi juga sosok yang menjanjikan dan pantas untuk dipilih?

Usut punya usut ternyata keputusan itu bukan  karena kampanye media, bukan pula karena politik uang. “ Prabowo orangnya gagah. Terkenal tegas dan koppassus. Lagian saya tidak begitu paham siapa itu Jokowi” jawab Tarmuji yang sehari-hari berdagang jerami di perempatan pasar.

Hanya karena gagah dan   mantan tentara lantas orang-orang itu memilih Prabowo?  Sesederhana itukah?

Ya, bagi orang-orang kampung, pekerjaan paling diimpikan  adalah menjadi tentara. Walau harus mengeluarkan ongkos ratusan juta dengan menjual sawah ladang,   hal itu akan dilakukannya asal bisa menjadi tentara. Mempunyai anak yang jadi tentara-dengan pangkat terendah sekalipun-diyakini akan   meningkatkan derajat, harkat dan martabat keluarga, karena tentara dipandang sosok yang  kuat, mampu memimpin, dan menempati kasta teratas di masyarakat.

Saya jadi teringat catatan  Gunawan Muhammad tentang takhayul dalam potilik Indonesia.   GM menyebut salah satu takhayul dalam politik Indonesia tentang militer adalah bahwa mantan jenderal (tentara) adalah calon pemimpin politik nasional yang bisa diandalkan-sebagai orang “kuat”. Padahal takhayul  ya hanya takhayul.

Namun takhayul  ini bisa jadi    amunisi atau tabungan suara bagi pasangan Prabowo-Hatta    untuk memenangkan pilpres. Hampir 80% pemilih telah menentukan pilihan sebelum mereka berangkat menuju TPS. Artinya pilihan warga kampung saya yang juga merupakan bagian dari 46% penduduk desa di negeri ini tak akan berubah sampai pilpres nanti.

Memang hampir semua lembaga survei   mengunggulkan Jokowi    memenangi pilpres. Namun hasil survei terbaru yang dipublikasikan oleh  Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) pada 20-24 Mei 2014 di 33 provinsi, tingkat elektabilitas pasanganJokowi - JK dan Prabowo Hatta hanya terpaut 3,28%. Jokowi-JK mencatat keunggulan   43 persen, sedangkan   Prabowo-Hatta  juga tidak kalah moncernya dengan memperoleh dukungan 40,28 persen.    Elektabilitas Prabowo-Hatta semakin hari juga diprediksi makin meninggi. Jika saja tidak segera berbenah strategi, bisa jadi Jokowi-JK akan gigit jari melihat Prawobo-Hatta memenangi kontes pemimpin negeri ini. Hanya gara-gara Prabowo mantan tentara,  Jokowi bukan! (din).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun