Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sabang & Tugu Nol Kilometer yang Terlupakan

31 Oktober 2014   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:03 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengahan Juni lalu saya mendapatkan tawaran untuk ikut dalam ekspedisi Jelajah Nusantara   Bumi Swarnadwipa.  Hmm sungguh tawaran yang tidak mungkin saya lewatkan. Mimpi saya terwujud : setiap waktu bisa keliling Indonesia. Maka jadilah hampir selama duabelas hari saya  di Bumi Swarnadwipa itu. Berikut liputannya.

[caption id="attachment_370857" align="aligncenter" width="560" caption="Bandar Udara Sultan Iskandar Muda yang takbegitu ramai (foto dindin)"][/caption]

Hari menjelang siang saat pesawat Lion Air yang kami tumpangi mendarat dengan tidak begitu mulus di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh.  Tampaknya hujan baru saja reda.  Air masih menggenang di beberapa titik landasan pacu yang tak begitu luas. Alhamdulillah setelah menempuh ribuan kilometer dari Jakarta  akhirnya sampai juga saya di Tanah Rencong.

Berbeda dengan bandara   di Jawa, Bandar Udara Iskandar Muda tampak sepi dan jauh dari hiruk pikuk lalu lintas penerbangan. Hanya beberapa pesawat saja yang terlihat terparkir di apron. “Hanya ada beberapa  maskapai saja yang melayani rute ke Aceh. Mungkin karena tidak begitu ramai” kata Pak Jamal yang menjemput kami di Bandara.

[caption id="attachment_370860" align="aligncenter" width="490" caption="Gerbang pelabuhan Balohan, Sabang (foto dindin)"]

1414727921748737794
1414727921748737794
[/caption]

Pak Jamal adalah karib saya yang telah beberapa tahun bertugas di Banda Aceh.  Sebenarnya sudah lama kami tidak berkirim kabar. Saya masih ingat terakhir kami berkomunikasi saat ia mendaftarkan putra kembarnya di sekolah tempat saya bekerja. Setelah kedua anaknya diterima di sekolah   kami pun tak pernah berkirim kabar lagi.

Saat dalam perjalanan ke bandara, saya mencoba menghubunginya. Menanyakan kabar dan situasi di Aceh. Perbincangan kami sangat   hangat, seolah dua sahabat yang lama tak bersua. Sampai akhirnya ia menawarkan kebaikan untuk menjemput kami di Bandara Iskandar Muda Aceh. Sungguh berkah yang tiada terkira. Kebaikan demi kebaikan kami terima, mulai  jamuan  makan, sampai tur keliling Kota Banda Aceh malam itu. Selepas isya kami berpisah. Beliau harus kembali dengan tugas dinasnya dan saya bermalam di Hotel Medan yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Markas Kodam I Iskandar Muda.

[caption id="attachment_370861" align="aligncenter" width="490" caption="Istirahat menikmati indahnya Sabang di tengah perjalanan menuju titik nol kilometer (dindin)"]

14147279831715936667
14147279831715936667
[/caption]

Hari masih pagi saat kami bergegas  menuju Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh. Hari itu  Tim Jelajah Bumi Swarnadwipa Nasima berencana menuju Sabang. Akhi dan Arman dua tour guide kami sudah menunggu di lobi hotel. “ Agak cepat pak, mumpung cuaca baik. Kita sebaiknya segera berangkat” serunya. Penyeberangan ke Sabang memang bergantung   cuaca. Jika otoritas pelabuhan menyatakan bahwa cauca tidak memungkinkan, maka semua aktivitas penyeberangan ke Sabang dihentikan. Beruntunglah pagi itu cuaca cerah dan    ombak tak begitu tinggi.

Setelah menyusuri jalanan pagi Aceh yang takbegitu ramai,   kamipun sampai di Pelabuhan Ulee Lheue Pelabuhan Ulee Lheue merupakan pelabuhan tua.  Setelah tsunami menerjang Aceh 2004 silam, kondisi Pelabuhan Ulee Lheue sangat memprihatinkan karena tak satupun bangunan fasilitas darat yang tersisa. Beberapa tahun berikutnya Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Acah membangun kembali   pelabuhan ini mengingat   peran pentingnya  yang menjadi penghubung urat nadi ekonomi  Banda Aceh dengan kota-kota lain di Sumatera.

Setelah membeli tiket dan berebut  dengan penumpang lain, akhirnya kami naik kapal cepat menuju Sabang.Satu jam berlalu,  akhirnya kami menginjakkan kaki di kota yang konon dikenal sebagai tempat pembuangan tawan Belanda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun