Nyongkolan adat sasak. Nyongkolan merupakan tradisi masyarakat sasak setelah acara akad nikah dan tasyakura dilakukan.Â
Acara nyongkolan ini dilakukan untuk menyatukan keluarga mempelai laki-laki dan keluarga mempelai perempuan. Pada waktu kegiatan berlangsung masyarakat biasanya  membawa pengantin diiringi dengan gamelan /gendang belek, cilokak/kecimol, hadrah dan ada juga yang diiringi dengan grup drumbeen.Â
Namun berbeda dengan hari ini. Setelah masa pandemi Covid-19 acara nyongkolan jarang dilakukan bahkan tidak pernah karena adanya larangan untuk berkerumunan. Masyarakat lebih banyak berdiam diri di Rumah. Apalagi jika ada keluarga yg mendapat musibah atau acara tasyakuran.Â
Mereka takut nanti adanya Masyarakt yang terjangkit penyakit Covid-19. Karena itulah jarang ada yang melakukan kegiatan nyongkolan atau acara besar lainnya. Termasuk tasyakuran yang banyak mengumpulkan keluarga.Â
Ketika habis shalat ashar bersama anak-anak di Ponpes Darul Muhsin aku ditelpon sama Pak Suami di suruh pulang cepat karena bocil ku menangis. Yang kebetulan hari ini jadwal piket ku di Sekolah. Ya mau tidak mau aku harus minta izin pulang cepet karena bocoil ku menangis. Ternyata sesampai di Rumah suami sudah tidak ada karena ikut menyambut pengantin. Dan betul saja suara tabuhan Kecimol nyongkolan bergaduh ria di jalan raya sampai mobil dan motor yang lewat terhalang karena banyaknya orang.Â
Kegiatan sangat pesat terjadi hari ini, setelah beberapa tahun lalu masyarakat dihantui dengan rasa takut akibat Covid- 19.