Mohon tunggu...
muslihatul imaniah
muslihatul imaniah Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dibina Bukan Disiksa

22 November 2021   19:12 Diperbarui: 22 November 2021   19:43 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 17 November 2021 kemarin tepatnya pukul 20.00 WIB Mata Najwa live di officialtrans7 dimana pada saat itu acara televisi Mata Najwa membahas mengenai kasus kekerasan yang dialami mantan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Sleman Yogyakarta. 

Para mantan warga binaan yang ramai-ramai datang ke acara Mata Najwa untuk menyuarakan kasus yang pernah dialaminya. Mereka sepakat untuk tidak membawa kasus ini ke ranah pidana asalkan bentuk-bentuk kekerasan di lapas segera dihentikan.  Sejumlah mantan warga binaan mengalami perlakuan tidak manusiawi saat berada di Lapas, seperti mendapat cambukan menggunakan kabel dan selang, memakan pepaya busuk yang ada ulatnya sampai diminta untuk meminum air kencing.

"Kami memang bermasalah, tapi kami juga manusia. Bahkan seekor hewan pun tak selayaknya dianiaya" ujar salah satu koran dugaan napi di Lapas Narkotika IIA Yogyakarta.

Lapas itu singkatan dari "Lembaga Pemasyarakatan" berfungsi untuk membina para napi. Belakangan ini muncul pengakuan para mantan napi yang mendapat kekerasan saat berada dibalik jeruji. Siksa lapas tersebut bukan hanya kekerasan fisik, tapi juga pelecehan seksual. Mulai dari dipukul, ditendang, dicambuk, hingga ditelanjangi dan dipaksa minum urine. 

Hal ini sesuai dengan pengakuan dari sejumlah mantan narapidana yang pernah merasakannya. Mereka mengaku dianiaya selama dipenjara, disiksa bahkan sejak hari pertama. Aksi kekerasaan oleh petugas lapas itu juga kerap dilakukan kepada napi yang baru masuk ke lapas narkotika.   

Tidak pernah habis perkara dari lembaga permasyarakatan. Kabar penyiksaan, transaksi dan patpatgulipat, penghuni kabur cuma sebagian masalah. Belum terlalu lama, puluhan narapidana tewas terpanggang di Lapas Tangerang, tak kuasa menyelamatkan diri dari bencana kebakaran.

Apa yang terjadi sebenarnya di balik tembok tebal dan tinggi pemenjaraan di Indonesia? Cukupkah reformasi sistem pengelolaan lapas ataukah sistem peradilan dan pemidanaan yang membutuhkan pembaharuan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun