Perpustakaan Sekolah Negeri 28 di Lombok berdiri dengan anggun di sudut halaman, dikelilingi oleh pohon-pohon rindang. Di dalamnya, keheningan menjadi latar belakang untuk ribuan halaman yang berbisik dengan cerita. Gadis, seorang kutu buku sejati, sudah menjadi bagian dari tempat itu. Lama. Hari pertama diterima di sekolah ini, ia langsung habiskan istirahat siang di perpustakaan. Namanya, urutan pertama untuk siswa seangkatannya.Â
Suatu hari, satu tubuh jangkung tampak masuk ke perpustakaan.
Halah, pasti cuma buat kerjakan tugas literasi..Batin Gadis dan segera melengos, kembali tekuri buku yang sedang ia baca.
Sosok jangkung itu mulai  berkeliling. Tanpa sadar ia mengambil buku yang seharusnya tidak dipinjam. Novel klasik yang berharga. Tanpa sengaja, buku itu jatuh dari tasnya, dan saat ia menyadari, buku itu menghilang. Saat berbalik dan hendak mencari buku tersebut, satu sosok berdiri, bertampang garang, memegangi novel.
"Buku ini tidak diperpinjamkan!"Gadis memandang tajam sepasang mata di depannya.
Anehnya, sosok itu malah tersenyum tipis, "Ah, ketemu juga. Aku sedang mencarinya. Ingin kupinjam. Kenapa? Kamu berisik sekali. Setahuku perpustakaan bukan tempat mengobrol.."
"Berisik? Thanks to you! You is the noisy one! Dan kamu tidak seharusnya mengambil buku tanpa izin!" Gadis melotot, merasa marah.
"Kalau kamu peduli pada buku, kenapa tidak pernah meminjamnya?" Cowok kurang ajar ini masih membalas dengan nada sinis.
"Sebagai yang baru terlihat di sini sekarang, sangat tak sopan menganggapku belum membaca buku itu!" Kini, tujuh oktaf sudah suara Gadis.
Ketegangan di antara mereka semakin membara.Â