Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sumang Kole Kenawa, Mama Nur, No Manggarai dan Neni Julintika

12 Juli 2024   15:35 Diperbarui: 13 Juli 2024   08:29 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Botol Kenawa, dari sisi padang ilalang. | Dokumentasi pribadi

Juli yang tak biasa. Dingin menggigit, hampir sepanjang hari. Apalagi jika kemudian hujan deras. Dingin memaksa kita menambah ketebalan baju, bahkan berselimut di siang hari, atau mengurangi interaksi dengan air. Tetap saja, tawaran menarik untuk akhirnya trip ke Kenawa, mustahil saya tolak. Tentu juga karena ini trip gratis berikutnya.

Gratis, karena perjalanan dibayari. Seorang teman suami saya, meminta diambilkan footage foto dan video selama dua hari semalam di pulau Kenawa. Pulau kecil cantik, yang berada di selat Alas. Selat pembatas pulau Lombok dan Sumbawa. Trip semalam dengan menginap di tenda. Selain ambil foto dan video, syarat lainnya cukup mudah bagi saya. Selalu nurut dengan arahan pak suami. Oke sip..Berangkaaaattt..

Matahari Terbit di Kayangan

Sunrise pelabuhan laut Kayangan, Lombok Timur. | Dokumentasi pribadi
Sunrise pelabuhan laut Kayangan, Lombok Timur. | Dokumentasi pribadi

POV lain, sunrise di Kayangan. | Dokumentasi pribadi
POV lain, sunrise di Kayangan. | Dokumentasi pribadi

Sengaja saya memasangkan dua foto matahari terbit. Jelas bukan di kayangan atau surga. Kayangan di sini, adalah nama pelabuhan laut di kabupaten Lombok Timur. Kampung halaman saya. 

Meski saya sudah menyetel pengambilan foto di kualitas HD, bisa dibilang, hasil tangkapan layar kamera belakang hp suami saya, jauh lebih baik. Detail dua hp yang kami gunakan di trip ini, meluncur ke blog personal saya saja ya. Saya tuliskan lengkap di sana.

Hampir terlewat. Trip menyenangkan ini saya lakukan Rabu dan Kamis kemarin, 10 sampai 11 Juli. Perayaan awal syukuran pernikahan kami yang ke-21 tahun, kata suami. Kebetulan pula, syukuran lain dari selesainya rangkaian pernikahan putri sulung saya. 

Sungguh tak menyangka. Di bulan yang sama dari tahun ke-21 menikah, putri sulung kami pun berjodoh. Bismillah, aamiin. Telah genap di usia 20, rasanya putri kami memang sudah pantas memiliki keluarga sendiri. Sama sekali bukan perjodohan. Pernikahan yang disiapkan, sejatinya, sudah dari setahun yang lalu. Alhamdulillah..

Hobi suami, motoin dengan latar yangg harus jelas. Sayanya sih, blur gak masalah :D. | Dokumentasi pribadi
Hobi suami, motoin dengan latar yangg harus jelas. Sayanya sih, blur gak masalah :D. | Dokumentasi pribadi

Kembali ke trip Kenawa, pertimbangan ingin selama mungkin eksplor Kenawa, suami saya juga mengajak untuk berangkat pagi buta. 

Alhamdulillah, dua setelan alarm di dua hp, tidak perlu berdering lama. Sudah packing rapi, Rabu pagi buta, kami hanya sarapan dan siapkan satu tumbler kopi panas. Jadwal kapal penyeberangan paling pertama, persis di jam 6 pagi. Kopi panas di tumbler, rasanya cukup untuk menemani subuh di Kayangan.

Serombongan tamu lain yang kembali dari Kenawa, saya foto dari atas kapal. | Dokumentasi pribadi
Serombongan tamu lain yang kembali dari Kenawa, saya foto dari atas kapal. | Dokumentasi pribadi

Suami saya dan Bahtiar, di selasar pelabuhan laut Pototano Sumbawa. | Dokumentasi pribadi
Suami saya dan Bahtiar, di selasar pelabuhan laut Pototano Sumbawa. | Dokumentasi pribadi

Ongkos penumpang Kayangan - Pototano Rp. 25.000,-- (offline) / Rp. 19.000- an di aplikasi Freezy

Parkir motor di pelabuhan laut Kayangan, Rp. 10.000,--/malam

Ongkos perahu penyeberangan Pototano -- Kenawa di Bahtiar, mulai dari Rp. 300.000,-- . Minimal 2 orang, maksimal 10 orang.

Benar saja. Sampai di Kayangan, petugas parkir sedang berjemaah subuh di mushola At Taubah. Segera setelah selesai sembahyang, motor aman terparkir. 

Perkiraan bakal ngopi di pelabuhan, bergeser ke atas kapal. Dua tiket penumpang, masing-masing 25 ribu rupiah, langsung kami tukarkan di ruang tunggu. Langsung pula diminta naik kapal. Segera dapatkan spot duduk ternyaman, saya dan suami bergiliran memburu foto sunrise Kayangan. Nah, sekarang, boleh bantu saya? Foto sunrise mana yang tampak lebih indah?

Sekolahkan Anakmu Setinggi-tingginya, Mama Nur -- Kenawa

Lebih tepatnya, prinsip dari Bapak. Mama Nur sebagai istri, mengamini dan membantu sebisanya. Seharusnya, pelajaran hidup dari mereka berdua, sungguh bisa jadi tulisan terpisah sendiri. Di sini, saya kutipkan satu saja. 

Pernah, Mama Nur mendapatkan tamu yang mati-matian nego ongkos menyeberang ke Kenawa. Sang tamu hanya punya uang sisa 50 ribu rupiah. Tak berpikir lama, Mama Nur mengiyakan saja. Bahkan, setelah sampai di warungnya di Kenawa, masih diberikan kembalian. 

"Dua puluh ribu ini, jadi bekalmu setelah kembali dari sini," pesan Mama Nur.

Mama Nur dan Bapak, orangtua Bahtiar. Berbagi seribu satu kisah kehidupan. | Dokumentasi pribadi
Mama Nur dan Bapak, orangtua Bahtiar. Berbagi seribu satu kisah kehidupan. | Dokumentasi pribadi

Selang sekian tahun dari kejadian tersebut, mendadak, Mama Nur mendapat kiriman paket 'luar biasa'. 4 tenda, juga peralatan lain yang bisa disewakan ulang ke pengunjung Kenawa, senilai total hampir 20 an juta. Kaget? Jelas! 

Belakangan, ternyata tamu yang hanya mampu membayar 50 ribu rupiah, tanpa diminta, mengirimkan paket tersebut. Prinsip menyekolahkan semua anak mereka, minimal selesai strata 1, juga prinsip saling tolong menolong atau sedekah, nilai hidup mahal di balik sisi-sisi indah Kenawa. 

Warung Mama Nur, di ujung kanan percabangan setapak yang tampak di foto. | Dokumentasi pribadi
Warung Mama Nur, di ujung kanan percabangan setapak yang tampak di foto. | Dokumentasi pribadi

Warung Mama Nur, tampak menyolok di spot mendarat perahu. | Dokumentasi pribadi
Warung Mama Nur, tampak menyolok di spot mendarat perahu. | Dokumentasi pribadi

Sumang Kole, No, dari Manggarai

Saya mendadak menyapa No, karena di puncak bukit Kenawa, sedang ramai dengan sekitar 200an tamu mancanegara. Sama. Kami ingin berburu sunset indah. Matahari jingga, akan 'tidur' di pelukan gagahnya Rinjani. Iyya..Gunung Rinjani, Lombok. 200an tamu ber-Bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, entah Jepang atau Korea. 

Sunset Kenawa, dari kamera belakang hp suami. Dokpri
Sunset Kenawa, dari kamera belakang hp suami. Dokpri

View Rinjani dari puncak bukit Kenawa. Sayang, sunset & sunrise-nya sama-sama mendung. Dokpri
View Rinjani dari puncak bukit Kenawa. Sayang, sunset & sunrise-nya sama-sama mendung. Dokpri

Tengok kiri, kanan, depan, belakang, saya temukan satu wajah 'Melayu'. Sedikit ngobrol, namanya No. Sedang tinggal di Manggarai. Salah satu phinisi dari total 7 yang berlabuh di pantai Kenawa, No salah seorang guide-nya.

No dari Manggarai NTT, guide dengan banyak tamu di sunset Kenawa. Dokpri
No dari Manggarai NTT, guide dengan banyak tamu di sunset Kenawa. Dokpri

"Sumang Kole, kak. Bahasa Manggarai untuk 'Jumpa Lagi'..." demikian balasan No di percakapan WA kami. No bersedia mengajari saya beberapa bahasa Manggarai dasar. 

Begitulah.. Saya, mungkin juga No, dan satu kisah lagi dari Neni Julintika, rasanya takkan menampik untuk berjumpa ulang lagi di Kenawa.


Neni Julintika, Cari Saja di Youtube, Tik Tok atau IG

Ayunan di depan warung Mama Nur, juga tenda kami. | Dokumentasi pribadi
Ayunan di depan warung Mama Nur, juga tenda kami. | Dokumentasi pribadi

Bukit di Kenawa, siluet Gn. Rinjani di latar, satu gili kecil di selat Alas di sisi kiri. | Dokumentasi pribadi
Bukit di Kenawa, siluet Gn. Rinjani di latar, satu gili kecil di selat Alas di sisi kiri. | Dokumentasi pribadi

Suami saya, casting sambil berendam, di sisi utara Kenawa. | Dokumentasi pribadi
Suami saya, casting sambil berendam, di sisi utara Kenawa. | Dokumentasi pribadi

Bakau di sisi selatan Kenawa. Di sisi kiri foto, terdapat sebagian tebing batu, sisi selatan dari bukit Kenawa. | Dokumentasi pribadi
Bakau di sisi selatan Kenawa. Di sisi kiri foto, terdapat sebagian tebing batu, sisi selatan dari bukit Kenawa. | Dokumentasi pribadi

Outfit yang sekaligus buat langsung main air sampai lelah. 15 hektar luas Kenawa, bisa dikelilingi sekitar 1 sampai 2 jam. | Dokumentasi pribadi
Outfit yang sekaligus buat langsung main air sampai lelah. 15 hektar luas Kenawa, bisa dikelilingi sekitar 1 sampai 2 jam. | Dokumentasi pribadi

Outfit memancing suami saya. Di latar, satu dari dua Rumah Botol Kenawa. | Dokumentasi pribadi
Outfit memancing suami saya. Di latar, satu dari dua Rumah Botol Kenawa. | Dokumentasi pribadi

Setelah HD kamera belakang hp suami saya, Rumah Botol Kenawa di sisi utara. | Dokumentasi pribadi
Setelah HD kamera belakang hp suami saya, Rumah Botol Kenawa di sisi utara. | Dokumentasi pribadi

Sewa tenda, ekstra 2 bantal yang wangi, 2 matras, makan malam dengan cumi bakar & sambal kecap, 2 X mi instan, 2 X kopi hitam,1 galon air bersih -- total jenderal dimintai Rp. 100.000,-- oleh Mama Nur. Itu pun beberapa kali saya harus kuat-kuatan memberi bayaran. Masih juga 'kalah set'. Pulang dari sunrise-an, semangkuk pisang goreng hangat diGRATISkan Mama Nur. Alhamdulillah..

Neni dan Santia, dua gadis Bali, saya temui di puncak bukit Kenawa. Selewat jam Golden Hour pagi. Saat sekitar 50an tamu mancanegara dari 2 phinisi yang tersisa, kembali. 

Mereka tak mendapatkan bulatan jingga matahari yang baru saja keluar dari peraduan. Lalu akhirnya mengalah, bergegas kembali ke kapal, untuk lanjutkan 'sailing trip' mereka. 

Saya, Neni dan Santia, saling membuka obrolan dengan menawarkan saling bantu saling foto. Namun, peralatan kami sudah cukup lengkap. Santia dan Neni puas dengan fitur di hp mereka. Saya pun sudah membekal tripod. Gaya foto apapun, sudah sangat dimudahkan oleh fitur di gawai (hp).

Dua gadis ini trip motoran. Sebelumnya sudah eksplor Sumbawa, lalu, karena tak mau di jalanan saat malam, akhirnya perpanjang camping semalam lagi di Kenawa. Sumang Kole, Neni dan Santia. Meski entah kapan bisa bertemu lagi, jika ada jodoh serta rezeki, tentu bisa bertemu ulang.

Rumah Botol Kenawa, dari sisi padang ilalang. | Dokumentasi pribadi
Rumah Botol Kenawa, dari sisi padang ilalang. | Dokumentasi pribadi

Baiklah. Semoga sedikit kisah saya di trip dua hari semalam ke Kenawa, bisa juga menggerakkan rekan-rekan Kompasianer di manapun untuk melakukan trip indah yang sama. Sedikit bocoran budget, total yang kami habiskan berdua, tak lebih dari 1 juta rupiah. Hanya saja, kesan dan kisah hidup orangtua Bahtiar, No, juga Neni serta Santia, sama sekali tak bisa dipadankan ke nilai mata uang manapun.

Begitulah perjalanan. Sisi-sisi indah pemandangan alam, kesannya menyempurna, bersama kisah-kisah di sebaliknya. Kenawa, saya belum turuni bukit kecil di sisi baratmu. Satu hari nanti, saya pasti akan kembali.

*Rumah Jahit Mulya - Gelang, Lombok Timur - 12 Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun