Dulu sekali, saya berkelana di negeri-negeri jauh melalui banyak buku yang saya baca. Salah satu yang terkenang baik, Karl May dengan salah satu bukunya, petualangan karakter Kara Bin Nemsi di buku ke-VI 'Di Pelosok Balkan'. Kisah Kara menyihir saya. Sejak itu, saya percaya, kata-kata yang terangkai di tulisan, mampu menjadi penghibur, sekaligus penyembuh. Juga berpetualang di waktu yang sama. Bekal mendasar keyakinan saya berikutnya, pesona wisata di negeri sendiri, pantas membuat kita bangga berwisata di Indonesia.
Belakangan, hobi membaca yang pernah jadi momen chill dan healing personal terbaik saya, berganti arah. Saya lah yang menuliskan trip-trip seru, terdekat dari anggota keluarga saya, juga trip pribadi. Lombok, pulau eksotis yang kerap dijuluki 'Kepingan surga yang jatuh ke bumi', berkat spot-spot wisata alamnya yang cantik. Keindahan alami, mulai dari titik 0 mdpl sampai di Puncak Anjani, Gunung Rinjani di 3726 mdpl.Â
Di tahun ini misalnya, saya menyimak khusus trip istimewa dua orang. Josh Edward, seorang youtuber yang juga aktif di sosmed Twitter, melakukan trip bersepeda mengelilingi Lombok. Segera saya mengikuti aktvitasnya melalui dua sosmed tersebut. Orang kedua, seorang teman sekolah, dokter spesialis yang super sibuk. Pekan ini, ia bersepeda melalui jalur utara, sekitar 1/5 dari jalur yang ditempuh Edward. Cara lain menikmati pesona alam Lombok. Jenis wisata khusus. Juga menunjukkan, kini Lombok semakin eksis mengembangkan konsep dasar pariwisata 3A-nya: Akses, Amenitas dan Atraksi.
Akses, tersedianya berbagai moda transportasi, jalan raya serba mulus, juga perahu-perahu penyeberangan publik di wisata paket gili (gili= pulau kecil, Bahasa Lombok). Edward dan teman saya, bisa jadi hanya dua dari sekian banyak warga Lombok atau wisatawan luar yang telah menikmati akses jalan, yang kini telah bisa mengelilingi pulau Lombok.
Amenitas, masih dari rangkaian video perjalanan Edward pula , saya jadi tahu, bahkan di pulau terpencil seperti Gili Bembek di kawasan tenggara atau gili di ujung barat daya Lombok, sudah tersedia homestay sederhana. Standar kelayakan penginapan yang bisa jadi tidak memenuhi ekpektasi umum wisatawan, namun telah cukup memenuhi kebutuhan seorang petualang seperti Edward.
Atraksi, persis seperti judul tulisan ini, Lombok masih terhitung surga bagi atraksi spot wisata alam serba alami. Kembali saya menuliskan ulang keheranan saya, bagaimana Mbak Tamitha Wibisino (sesama penulis Kompasiana) berteriak kegirangan mendapatkan momen bernafas di ruang dengan oksigen yang murni. Tak henti-hentinya ia berucap syukur, bisa dapatkan perjalanan naik motor, dan sempatkan tubuhnya merasakan kesegaran, di sepanjang perjalanan lintas Pusuk Sembalun.