"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". - Kutipan isi pidato Bung Karno (web Ekon dot go dot id).
Belasan pemuda di dusun Bongak telah merapat. Mereka menyatukan visi misi dalam satu entitas, Gawah Bonga Foundation (GBF). Lima produk turunan dari olahan kelapa, telah berhasil terproduksi (foto feature image di tulisan ini). Sebagiannya bahkan telah diekspor ke negara Perancis. Keberhasilan yang diiringi dengan konsistensi program pertukaran pelajar. Sebagian pemuda dusun, belajar ke negara Napoleon Bonaparte. Sebaliknya, para remaja bule negeri modis ini, blusukan di Gawah Bonga, antusias menanami tunas-tunas pohon muda. Sekian puluh tahun eksplor Lombok, baru tahun ini saya benar-benar sampai ke area Gawah Bonga (Gawah= hutan, Bahasa Sasak, Lombok -- penulis).  Kesuksesan GBF, satu dari jutaan alasan, Lombok dengan banyak sisi eksotisnya, tak pernah bisa selesai dieksplor. Alasan saya, mungkin juga Anda, selalu pula bangga berwisata di Indonesia.
Lima produk olahan tersebut, mulai dari: Pure Coconut atau minyak kelapa asli, VCO - Virgin Coconut Oil, Cocopeat -- serat atau sabut kelapa, Coconut Bowl atau mangkok batok kelapa, Coconut Shell Briquette atau briket batok kelapa. Dua produk lainnya, dari dua pohon yang juga banyak terdapat di dusun Bongak. Keripik pisang dan singkong.
Gawah Bonga Foundation, tepatnya berada di desa Tumpak, kecamatan Pujut, kabupaten Lombok Tengah, NTB. Â Burhan Jugend (nama sosmed Facebook) pioner dan pendiri yayasan ini. Ia mengisahkan, "Saya lahir di sini, dengan keluarga besar yang cinta pendidikan. Setelah selesaikan sarjana (Sastra Perancis) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), saya sempat bekerja di kapal pesiar selama setahun. Pandemi memaksa saya jadi satu dari banyak yang kembali ke kampung halaman. Tapi, saya bersyukur. Justru karena pulang, mimpi besar saya mulai terwujud bersama rekan pemuda desa lainnya. Melalui program-program di Yayasan Gawah Bonga ini."
Program-program mereka semakin kuat dengan dukungan tokoh masyarakat, Kepala Dusun, 120 KK beserta keluarga di Dusun Bongak. Terakhir saya berkunjung di 26 Februari 2023 lalu, mereka tengah di proses mewujudkan satu project lingkungan besar. Project penanaman kembali ribuan pohon kelapa di lahan seluas kurang lebih 96 hektar.Â
Burhan, bersama kawan-kawan pemuda dan masyarakat Dusun Bongak berhasil bersinergi dengan yayasan Invest Island Foundation (IG @iif). Di tajuk 'Project CARES -- Community Based Reforestation atau Project Pengembalian Fungsi Hutan Berbasis Masyarakat. Tepat di perayaan setahun pendirian yayasan pada Januari 2023 lalu, 400 relawan bersama segenap warga desa, secara serentak melaksanakan program penanaman pohon di hutan desa.
"Sejak awal, saya mendasarkan keseluruhan program pada 3M. Madrasah, Masjid dan Masyarakat. Santri madrasah mulai dari tingkat dasar, menengah sampai atas, adalah generasi penerus utama. Upaya melibatkan mereka, bentuk dari menjaga program yayasan berlanjut. Di masjid, kami berinteraksi dengan para orang tua, sesepuh desa. Lalu, secara umum, tentu masyarakat lah penggerak utama," urainya lebih jauh.
Di balik kisah Burhan, sebenarnya saya berteman dengan Jibril Ilham. Nama pena Ilham, teman yang saya kenal pertama kali di event Forest Camp TWA Tunak, di akhir tahun 2018. Melalui Ilham pula saya berkoordinasi, lalu bertemu langsung dengan Burhan, serta pemuda lainnya dan kadus Bongak di Februari lalu.
Burhan dan Ilham, Yayasan Gawah Bonga, telah berhasil mempraktikkan dua kompetensi dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia - SKKNI. Yakni, J.63OPR00.010.2 - Mampu Menggunakan Aplikasi Sosial Media dan G.46RIT00.053.1 - Mampu Memberdayakan Media Sosial Untuk Menarik Pelanggan Ritel. Saya bergegas mengabarkan keberhasilan mereka ekspor produk VCO ke Perancis ke seorang teman, yang ingin bertemu langsung dan belajar proses ekspor produk UKM. Kabar yang cepat, karena informasi keberhasilan mereka saya lihat dari post di sosmed Facebook mereka. Saya buatkan tangkapan layar (SS - screen shot) dan kirimkan melalui WA ke teman saya tersebut.
Yang unik, meski desa Tumpak adalah satu desa penyangga dari KEK Mandalika, sekaligus juga termasuk dari puluhan desa wisata di Lombok Tengah, pemuda yang aktif di GBF Â tidak tergabung di Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Faktanya, apa yang mereka lakukan di program-program rutin yayasan, adalah ejawantah dari apa yang seharusnya dilaksanakan pokdarwis.
Desa Tumpak sebagai destinasi desa wisata, memang belum di kondisi ideal dari penerapan dasar 3A - Akses, Amenitas dan Atraksi. Namun, 30 pemuda yang aktif di aktivitas yayasan, tengah bergerak bersama mewujudkan kelengkapan 3A tersebut. Saya dan teman yang mendatangi mereka menggunakan satu city car, relatif mudah menemukan lokasi berkat bantuan peta online Google. Ketika kemudian tidak yakin, dengan mudah siapa pun yang kami temui di jalan, menunjukkan arah ke Dusun Bongak. Untuk amenitas, homestay sederhana, juga area berkemah di kawasan Gunung Bongak, bisa menjadi pilihan. Atraksi, program donasi pohon, dimana donatur pohon bisa berkunjung ulang di lain waktu. Memastikan pohon yang ditanamnya telah tumbuh tinggi, menghasilkan dan bermanfaat bagi masyarakat dusun Bongak.
Pak Aris, tokoh masyarakat juga pemuda di Dusun Bongak, dengan bersemangat menyatakan dukungan, "Kami yang tua, sudah seharusnya mendukung program-program pemuda kami. Toh, itulah memang tujuan kami menyekolahkan mereka ke banyak kota di luar dusun. Apalagi mereka juga sangat aktif menularkan ilmu ke adik-adik mereka di madrasah-madrasah yang ada di desa."
Pernyataan yang diamini  Kepala Dusun, Pak Sairi. Kadus, tokoh masyarakat, turut aktif menemani penerapan dari rutinitas dalam dasar program 3M yang dilaksanakan Burhan bersama yayasan. Ilham pun, berbekal ilmu akademis yang dimilikinya, di samping berprofesi sebagai Advokat dan Konsultan Legal, aktif sebagai Dewan Penasihat Yayasan Gawah Bonga.
Konsep wisata berkelanjutan, beriring sejalan dengan pesona keindahan alam desa Tumpak sebagai desa wisata dan desa penyangga KEK Mandalika, tengah terbangun bersama para pemuda di Yayasan Gawah Bonga. Anda yang terinspirasi atau mungkin ingin aktif sebagai pendonor pohon, bisa mengikuti aktivitas mereka di dua sosial media utama, Instagram dan Facebook dengan nama Gawah Bonga Foundation.
Belakangan, ketika memastikan ulang jarak tempuh dusun ini ke kawasan Mandalika, ternyata cukup dengan berkendara sekitar setengah jam. Satu pantai selatan terkenal, Pantai Mawun, bahkan sejatinya seolah berada di ujung jalan desa, saking dekatnya jarak dua lokasi ini. Destinasi wisata dengan konsep berkelanjutan, telah siap menjadi desa penyangga KEK Mandalika, dengan program-program yang bermanfaat, utamanya buat masyarakatnya sendiri, juga pariwisata NTB serta Indonesia secara umum.
*Selong, 17 April 2023
Tulisan ini dilombakan untuk Mistery Topic Samber THR Kompasiana hari ke-17. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara offline pada hari Minggu, 26 Februari 2023, wawancara online kepada bang Ilham pada Senin 17 April 2023. Beberapa referensi online tambahan, telah disisipkan langsung di dalam artikel di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H