Jika kita begitu sibuk bermuhasabah,  terus menerus belajar hal-hal positif,  enggan berhenti untuk bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang,  rasanya tak ada  celah untuk menjahati orang lain.Â
Ya bagaimana lagi.  Bangun pagi, kita bersyukur  terbangun,  hidup dan bersiap dengan rutinitas harian. Bersiap istirahat,  kita berhitung.  Sudah cukup baikkah saya hari ini.  Sudahkah bermanfaat?  Yakin tidak menyakiti seseorang?  Lalu,  selesai mengkalkulasi, bersyukur lagi dan berdoa -- istirahat dan semoga saat terbangun lagi,  selalu dengan dan atas nama Allah SWT. Berulang.Â
Bayangkan jika semua muslim dunia begitu. Indah ya. Jadi enggan bangun dari bermimpi.Â
Betapapun, Â seperti kita masing-masing yakin, Â bahwa kita telah baik dengan versi kita masing-masing, Â mari bergerak selangkah lagi. Bahwa, Â setiap orang juga berpikiran yang sama dan setiap orang jauh lebih sibuk, mempersiapkan akhirat terbaik mereka. Dengan kesibukan tersebut, Â mudah bagi kita, Â saling merespon banyak ragam bentuk niat baik. Paling sederhana, Â setidaknya, Â kita sendirilah yang telah mendapatkan kebaikan tersebut. InshaAllah, aamiin.Â
*Selong, 22 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H