Jika mengutip dari syarat mendasar kepariwisataan di pakem 3A -- Akses, Atraksi dan Akomodasi, orientasi geografis Likupang menjadi salah satu yang membuat pengajuan PT MPRD (Minahasa Permai Resort Development) diterima Dewan KEK Nasional pada Agustus 2019. Penerimaan ini berlanjut dengan dikeluarkannya PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 84 Tahun 2019 tentang KEK Likupang. Batasan wilayah seluas 197.4 hektar yang berada di kecamatan Likupang Timur, kabupaten Minahasa Utara, provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Akses menuju Likupang bisa melalui pintu masuk udara serta laut, yakni Bandara Internasional Sam Ratulangi dan Pelabuhan laut Bitung. Kedekatan ini ditunjang kondisi jalan yang cukup baik. Didukung pula keberadaan homestay yang sebelumnya sudah eksis, sebelum kemudian resmi menjadi satu KEK.
Destinasi Wisata Berpotensi Geoekonomi dan Geostrategis
Sekelumit ulasan terkait geostrategis sudah saya ulas di paragraf sebelum judul sub bagian di atas, bahwa akses menuju Likupang terbuka melalui jalur udara, laut dan daratan (utamanya wisatawan domestik di provinsi Sulut sendiri).
Tambahan lainnya, dua tema utama sektor pariwisata di DSP Likupang, yaitu Resor (resort) dan Budaya (culturalism). Makin menambah magnet, KEK Likupang dekat pula dengan kawasan Wallace Concervation Center.
Caption video: Kira-kira, di Likupang juga berkesempatan staycation di homestay juga ndak ya? Pengeeennnnn ...
Di sisi Geoekonomi, KEK ketiga dari total 6 KEK Parekraf, Likupang ditargetkan menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 65 ribu orang dan menarik investasi sampai dengan 5 Triliun. Target yang masih terkendala, masih oleh objek yang sama, Covid-19.
Surga Budaya dan Adat Istiadat
Di negeri asal manapun, diaspora akan lebih merindui tanah kelahiran saat jauh di rantau. Masyarakat Likupang, bagian dari suku Minahasa secara umum, sampai memiliki nama khusus bagi diaspora mereka. Kawanua. Ya itu tadi, gadis-gadis Kawanua. Belakangan, beberapa teman pria berdarah Kawanua, juga banyak yang berkulit bening.Â
Gadis dan bujang dengan fisik terbaik ini, tentu akan semakin good looking ketika kenakan busana adat khas Sulut. Kulit putih si gadis, semakin mencolok dibalut Biliu berwarna hijau terang dan rambut halus serta hitam terikat Baya Lo Boute. Lalu Makuta bagi si bujang. Wah, saya sudah membayangkan selfie sembari mengenakan Biliu.
Atraksi lainnya, saya berharap dapat menyaksikan Tari Tumatenden. Rasanya, gambaran gadis Kawanua akan semakin lekat, usai menikmati tarian ini. Semoga juga, berkesempatan meniup langsung alat musik Bia. Bisa jadi tak cukup waktu belajar memainkan utuh satu lagi, setidaknya meniup sampai keluar suara dan pastinya merekam jadi video pendek. Unggah ke story sosial media.
Surga dan Potensi Gastronomis
Seumur hidup, saya belum pernah berkunjung ke satu pun daerah di pulau Sulawesi. Nyatanya, karena hobi membaca dan berjejaring lintas daerah, kuliner khas Manado (mungkin juga terdapat di banyak wilayah Sulut dengan suku Minahasa) telah diingat luar kepala. Bubur Tanutuan, Bubur Manado, Cakalang Fufu, sedikit dari banyak kuliner khas yang menjadi target utama jika akhirnya bisa datangi bumi Kawanua.