Resmi pensiun, tepatnya di tahun lalu. Iya, benar. Jadi mencukur sendiri di rumah, karena pandemi. Terutama ketika sekeluarga bersepakat untuk lebih sering di rumah dulu saja, dan hanya keluar di saat darurat.Â
Nyatanya, hasil cukur saya kacau balau. Kepala suami saya berubah bak sawah terasering di Bali. Versi yang tak indah pasti. Usai menahan malu jadi bahan tertawaan, rambutnya kembali rapi berkat pisau cukur barber langganan.
Di Lombok, di kota kelahiran saya yang bernama Selong, barber langganan cukup dibayar 10K idr. Spot cukur lain, juga masih di kisaran belasan ribu. Yang spesial, 20K idr lebih.Â
Mahal karena memang tempatnya nyaman, branded dan menyasar keluarga menengah ke atas. Untuk suami dan anak lelaki saya, yang 10K idr sudah spesial. Yang penting tidak gerah, tidak lagi bak terasering sawah, serta sedikit jambul buat personal brand putra bungsu saya.
Ah ia, hampir terlewat. Saya memang sempat jadi tukang cukur keluarga. Dulu, jaman saya yang enam bersaudara masih sekolah semua. Saya membantu mencukur mulai dari almarhum bapak, kakak, dan tiga orang adik cowok.Â
Zaman itu, gunting cukur masih dari besi. Tajam, berat dan kalau kelamaan dipakai, suka bikin lecet dua jejari tangan kanan saya. Saking tajamnya, resiko hasil cukur sepeti sawah terasering jadi minim.
Apalagi kalau partner menggunting, adalah sisir plastik kecil yang rapat. Waktu itu, cukup enghabiskan waktu maksimal 4 jam, saya bisa selesaikan satu kepala.
Baiklah, agar masa pensiun saya sebagai tukang cukur keluarga tetap ada hal bermanfaat yang bisa ditinggalkan, berikut sedikit tips agar bisa PD (Percaya Diri) menjadi tukang cukur.
Pertama, pastikan Anda nyaman menggunakan paket alat cukur gunting, silet pembersih bulu halus, busa cukur favorit keluarga dan sisir rapat yang nyaman di kulit kepala.Â
Tentu juga handuk atau kain pembungkus khusus saat  bercukur. Manalagi proses membersihkan rambut yang dicukur agak merepotkan. Jadi sebaiknya selalu gunakan handuk atau kain yang sama dan simpan dengan baik, untuk pemakaian ulang berikutnya.
Kedua, jika memang sudah yakin mampu menggunakan alat cukur mesin, satu-satunya bagian paket alat cukur yang bisa diskip dari point nomor satu, adalah gunting. Tapi, saya tidak pernah PD. Jadi, ijin tidak menuliskan banyak tentang alat ini, karena saya pribadi tidak pernah menggunakannya.
Ketiga, untuk style potong, bagi saya relatif mudah. Ya seperti di pembuka di atas, patokannya adalah pendek, tidak bertingkat dan ekstra jambul buat yang khusus meminta.Â
Praktis, teknik menggunting ya pakai konsep 'babat alas'. Orientasinya di hasil akhir. Khusus anak cewek, sesekali, bisa saya bantu potong dengan style shaggy. Teknik andalan, karena saya hanya bisa itu. Tidak mau shaggy, ya main 'pokoknya bawahnya rata' dan tanpa poni. Beres.
Tiga tips super praktis di atas, boleh banget dicontek. Toh, saya sudah pensiun ini. Semoga membantu permasalahan rambut panjang di rumah. Pastinya untuk menghindari keluar rumah, manalagi di situasi sekarang.Â
Kalau pun terpaksa, usahakan di dua hari ini ya. Per tanggal 3 Juli, ramai diberitakan PKMM Lockdown akan diberlakukan selama dua pekan. Jangan sampai, rambut orang-orang yang Anda sayangi, sepanjang surai dari salah seekor kambing jantan di hari Iedul Qurban nanti. Tabik.
*Selong, Â Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H