Sebagian arti dari lirik lagu ini: Aduh anakku sang buah hati | Sungguh benar-benar kujaga | Ternyata hanya jadi buah bibir | Bagaimana ini, anakku? | Bunga mataku diterbangkan angin | Namun, sungguh tetap kuberharap, wahai anakku | Bisa kita kembali bertemu (terjemahan bebas dari saya)
***
"Bun, bunda! Bangun! Sahur dulu. Sudah tinggal setengah jam nih..."
"Eh, wait, apa?"
"Halah, bunda mimpi apa sih..Pake wat wet segala ...Dibilang sahur! Ntar telaaatttt...," si bungsu merengut manja.
Doh, padahal baru juga lagi tarik nafas, mau mulai dendangkan bait pertama. Huhuhu, nggak jadi didengar mbak Trie Utami dah, menyanyikan lagu khas Sasak kesayangan saya.Â
Bagaimanapun, semoga mimpi indah saya terwujud di bentuk yang berbeda. Akan ada lagi pertunjukan akbar SoB, medley lagu-lagu indah dari daerah-daerah se-Indonesia. Terasa indah, hanya dengan membayangkan, akan ada orchestra maha megah. Setengah dari alat musik di relief Candi Borobudur, bersanding dengan alat-alat musik modern. Lalu dunia sekali lagi, melihat Indonesia sebagai negara besar. Negara yang kaya dengan adat, budaya serta tradisi kesenian yang terpelihara baik. Tak peduli jeda ratusan tahun. Semoga ..
*Selong 11 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H