Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Tiga Jurus Jitu Vitalitas Gaya Hidup Sehat

4 Mei 2021   06:16 Diperbarui: 4 Mei 2021   06:17 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masker, hand sanitizer dan Kojima. Gaya hidup sehat baru keluarga kecil saya. Dokpri

Mari bersama-sama, ' ... menerapkan mindfulness, yaitu momen kesadaran penuh ketika berlatih membawa perhatian penuh untuk apa pun yang dilakukan saat ini'. Irwan Suhanda, Kutipan dari Kompas Com, Agustus (24/2020).

Ramadan 2021 sudah memasuki 10 hari terakhirnya. Tak terasa, tak tertolak. Demikian juga pandemi. Berita serangan gelombang ke-2 berdatangan dari negara itu dan ini. Berita kematian, susah untuk tidak bertanya-tanya, apakah meninggal karena Covid-19? Di lingkungan terdekat kita, terjadi hal sebaliknya. Kabar-kabar bahagia dari yang berhasil sembuh kembali, atau juga telah dinyatakan negatif hasil tes Covid-19 mereka. Ada pula yang mengabarkan kelegaan, proses isolasi mandiri 14 hari mereka usai. Penanda, mereka bersiap kembali hidup normal. Kembali beraktivitas normal.

Suasana kehidupan baru. Bekerja di kantor, atau dari rumah, berinteraksi tanpa bersalaman dan sebagian wajah tertutup masker. Kita menaiki tangga, namun kini tak dianjurkan berpegangan pada pembatas tangganya. Kita memilih naik lift, namun harus berjarak. Di rumah, proses belajar yang dulunya baru akan dilaporkan anak-anak ketika ditanya ibu-ibu mereka, kini malah langsung mereka praktekkan sendiri. Para ibu merasakan mulai dari persiapan, proses inti belajar, sampai pasca pembelajarannya. 

Kembali ke quote pembuka tulisan, sebagian besar kita membutuhkan sesuatu yang lebih di era kehidupan baru ini. Salah satunya, mindfulness. Upaya penerimaan-penerimaan. Tentu juga berbarengan dengan upaya optimal menjaga sehat. Lalu menguatkan hati dan tekad, untuk melakukan semua aktivitas. Aktivitas sama, bersama dengan ekstra lainnya, serta dilakukan dengan banyak cara baru.

Vitalitas Gaya Hidup Sehat Di Malam-Malam Lailatul Qadr

Semalam, salah seorang ustadz di masjid terdekat rumah mengingatka nsesuatu. Beliau berpesan, keutamaan 10 malam terakhir Ramadan, sebaiknya dirasakan di masjid. Menurut saya, untuk para bapak-bapak dan lelaki, tentu tak masalah menghabiskan banyak waktu di masjid. Bagaimana dengan para ibu? Atau para gadis?

Umumnya, hari-hari terakhir Ramadan justru kesibukan semakin bertambah. Rutinitas harian ibu-ibu rumah tangga tak lagi pekerjaan domestik, seperti mencuci (memilah baju kotor, mengontrol proses pencucian di mesin, menjemur, mengambil jemuran yang kering, menyeterika, melipat dan menata di lemari pakaian), memasak (baik, saya tidak akan mengulang menuliskan proses dari satu kata 'memasak' :D ), membersihkan rumah, dan seterusnya. Esktra kegiatan, menemani belanja baju baru dan kuliner khusus untuk Lebaran nanti. Tentu juga Me Time, memburu keberkahan malam-malam Lailatul Qadr. Syukur-syukur tetap bisa semangat melaksanakan sunnah-sunnah Tarawih, Witir, Tadarus, serta sunnah malam lainnya.

Bayangkan jika rutinitas di atas terjadi pada seorang ibu pekerja. Sedikit analogi, mungkin bisa meminjam 'paribasan' (ungkapan tradisional) Bahasa Jawa -- Sikil Dadi Sirah, Sirah Dadi Sikil. Ungkapan yang menggambarkan orang-orang yang bekerja keras dengan sepenuh jiwa. Sekarang ini, mungkin mulai terjadi pada para suami. Dulu sebelum pandemi, jam kerja mereka terpaku di kantor. Ketika pandemi datang, sebagian mereka bekerja dari rumah, dan akhirnya turut merasakan sebagian pekerjaan domestik. Satu gaya hidup baru, yang membuat saya mengutip quote di pembuka tulisan ini.

Mindfulness, penerimaan bahwa dunia pariwisata sedang 'tiarap' dulu. Insha Allah akan ada hari, semua kembali normal. Aamiin. Dokpri - hari cerah di Gili Trawangan Lombok.
Mindfulness, penerimaan bahwa dunia pariwisata sedang 'tiarap' dulu. Insha Allah akan ada hari, semua kembali normal. Aamiin. Dokpri - hari cerah di Gili Trawangan Lombok.
Nah, selain mindfulness, jurus apalagi yang bisa diterapkan agar tetap vital di malam-malam terakhir Ramadan 2021?

Tiga Jurus Ampuh Sukses Sehat Di Sebulan Ramadan

Saya memiliki penyakit bawaan asma. 'Warisan' dari almarhum kakek, dialami pula oleh Ibu saya, kakak sulung lelaki dan kini saya idap sejak tahun 2011. Pernah saya bergantung pada inhaler. Belakangan, saya menyadari, saya justru jadi manja. PD membekal inhaler, saya tetap memakan beragam kuliner pemicu asma. Es bersantan, sate dengan sambal kacang kental, atau seporsi seafood nan lezat. Asma kumat, semprot inhaler, saya kembali bisa bernafas lega. Akhirnya, saya memutuskan hanya stok obat tablet. Saya pun jadi lebih disiplin. Enggan terlalu banyak meminum obat kimia, saya berhati-hati dengan pola makan dan pola hidup. Tidak stress berlebihan. Jika lelah, memilih istirahat dan memakan kuliner yang tidak memicu asma.

Ramadan tahun lalu, kedisiplinan saya takluk pada psikosomatis. Setengah dari total 10 hari batalnya puasa saya, karena terpaksa meminum obat asma, sejam usai sahur.Kadang serangan terjadi siang hari bolong, ada pula yang dua jam sebelum berbuka. Ish, benar-benar momen yang nggak banget. Di tahun lalu pula, saya lihat langsung ditutupnya fasilitas nebulizer di puskesmas. Saat itu, proses nebu dikhawatirkan menjadi jalan penularan virus Corona.

Wajib masker, tas kain, menjaga jarak dan jauhi kerumunan. Sesekali terpaksa tetap keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan. Dokpri
Wajib masker, tas kain, menjaga jarak dan jauhi kerumunan. Sesekali terpaksa tetap keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan. Dokpri
Ramadan tahun ini, saya tak boleh kalah lagi. Untuk itu, saya sudah persiapkan tiga jurus jitu. Tiga jurus yang saya yakini membantu saya tetap aktif, sehat dan berhasil merayakan kemenangan di Iedul Fitri, tanpa sekalipun batal puasa karena asma kumat.

Pertama, komit dan konsisten terapkan mindfulness.

Saya mulai menerima dan membiasakan diri tidak lagi bekerja kantoran. Di banyak profil sosmed, yakin menuliskan 'full time blogger'. Yup, Me Time terbaik saya adalah menulis. Menulis membantu otak saya bekerja optimal. Tentu juga bersamaan dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Penerimaan yang penting, pekerja dan kini menjadi ibu rumah tangga biasa. Penerimaan yang diikuti etos kerja sama tinggi seperti saat masih bekerja dulu. Tak ada lagi celah untuk mengeluhkan apapun. Insha Allah aamiin.

Kedua, manajemen waktu yang lebih baik. 

Ini juga adalah kunci utama, manalagi di malam-malam terakhir Ramadan. Saya tak ingin kendor sedikit pun, beribadah sunnah-sunnah khas bulan puasa. 20 rakaat Tarawih, tiga rakaat Witir, beberapa rakaat sunnah malam dan Dhuha, Tadarus dan masih banyak lagi ibadah sederhana lain. Ibadah yang tetap seiring dengan rutinitas pekerjaan rumah tangga dan pastinya menulis.

Ketiga, menambahkan KOJIMA, Madu dengan 3 kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu. 

Air putih yang cukup, buah-buahan dan Kojima. Upaya tetap sehat di gaya hidup baru bersama pandemi Corona. Dokpri
Air putih yang cukup, buah-buahan dan Kojima. Upaya tetap sehat di gaya hidup baru bersama pandemi Corona. Dokpri
Iyap, rasa manis segar Kojima disukai keluarga kecil saya. Mulai dari suami saya yang pekerja serabutan dan sedang sibuk selesaikan proyek membangun kandang ayam. Di awal puasa lalu, ia juga sampai  menginap di kota lain. Bersama bos dan teman kerjanya,  menyelesaikan proyek eksterior satu rumah dua lantai. Lalu si sulung di kelas akhir SMK, yang sesekali sekolah luring, tugas dan ujian daring, serta bekerja di ibu temannya. Ia bersama temannya, membantu usaha kue kering, membuat, membungkus serta kadang delivery antar kecamatan. Ada pula si bungsu (kelas 5 SD), yang juga sekolah luring dan daring, serta sekali waktu bermain bersama sepupu-sepupunya.

Suami meminum dua sachet, satu sebelum tidur dan satu usai sahur. Gimana dong, pekerjaannya membutuhkan tenaga fisik yang prima. Saya juga meminum dua sachet di awal Ramadan, dan karena sekarang sudah tidak khawatir lagi dengan kumatnya asma, saya meminum satu sendok makan sebelum tidur dan usai sahur. Anak-anak, kadang meminta dicampurkan di segelas teh hangat mereka. Seringkali ikut saya, meminum sesendok jelag tidur dan usai sahur. Kojima, madu dengan kebaikan yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu, bisa dinikmati mulai dari yang berumur 2 tahun lho ^^ 

Masker, hand sanitizer dan Kojima. Gaya hidup sehat baru keluarga kecil saya. Dokpri
Masker, hand sanitizer dan Kojima. Gaya hidup sehat baru keluarga kecil saya. Dokpri
Keluarga kecil yang sibuk, jamaknya keluarga kecil Indonesia, di kota kecil sampai kota-kota besar. Mengapa Kojima? Di samping rasa manis asamnya yang segar, tentu juga karena ekstra manfaatnya yang lengkap. Tiga kebaikan yang ada di kandungan Kojima, bersumber dari Korma, Jinten (Habbatussauda), serta madu. Kekayaan vitamin, mineral dan serat di sebutir Korma diantaranya membantu pencernaan agar terhindar dari konstipasi, masalah jantung, serta tentu sugesti positif mengekor kebiasaan Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW dikenal sangat menyukai Korma dan cukup sebutir menjadi pembatal puasa beliau. Nah, asma kronis saya, bisa teredam oleh manfaat Habbatussauda, si Jinten hitam. Imunitas tubuh, esktra energi dan penangkal radikal bebas, sebagian dari kebaikan-kebaikan yang di'sumbang'kan dari Madu. Pas dan komplit dengan apa yang dibutuhkan saya, juga keluarga kecil saya.

Alasan berikutnya mengapa saya memilih Kojima, varian kemasannya mudah saya dapatkan di kota kecil saya. Ujung timur pulau seribu masjid, Lombok. Satu boks berisi 5 sachet, masing-masing dikemas 15ml, saya dapatkan di salah satu gerai mart-mart-an. Sedang diskon pula! Alhamdulillah. Ingin kemasan botol yang isinya lebih banyak? Boleh banget memanfaatkan promo gratis ongkir. Iyap, Kojima juga dijual di banyak marketplace. Yang sedang jadi favorit para pencinta belanja online, ya si toko Oren. Tenang, Anda yang kadung jatuh cinta dengan layanan di toko Ijo, Kojima juga ada dijual disana. Jadi, kemasan Kojima bisa didapatkan mulai dari sachet, botol tanggung 140ml, sampai yang terbanyak di kemasan botol 280ml. Harganya bervariasi. Contohnya, harga diskon yang saya beli semalam, 13rb an untuk boks isi 5 sachet. Di toko Ijo, ada paket Botol 280Ml ditambah boks sachet, sedang diskon dan jadi 100rb an dari harga awal 124rb an. Hyuk, pilah pilih yang Anda paling sukai dan harganya paling pas dengan budget.

Tiga varian kemasan Kojima dan gerai-gerai serta marketplace tempat membelinya. SS Kompasiana
Tiga varian kemasan Kojima dan gerai-gerai serta marketplace tempat membelinya. SS Kompasiana
Alhamdulillah, pas restok Kojima, eh pas diskon pula. Dokpri
Alhamdulillah, pas restok Kojima, eh pas diskon pula. Dokpri
Tiga jurus jitu di atas, semoga juga menjadi jurus-jurus dari Anda semua. Anda yang bekerja penuh waktu di kantor, Anda yang pekerja serabutan seperti suami saya, atau Anda yang sedang bangkit dan pivotisasi bisnis di tengah mati surinya bisnis pariwisata. Pandemi entah kapan berakhir. Yang masih hidup dan terus berlangsung, adalah aktivitas kita. Vitalitas hidup kita. Rutinitas yang telah kita lakukan sekian belas atau puluhan tahun. Yang baru, selalu mengenakan masker, tidak dulu bersalaman, rajin mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, berpikir positif dan mindfulness sepanjang waktu, berjarak selama beribadah Ramadan, tidak berkerumun di tempat publik dan mari sabar untuk berlebaran di rumah dulu saja.

"Allaahumma innaka 'afuwwun kariim tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii." --  Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Mulia, senang memberikan ampun, maka ampunilah aku.

*Selong 4 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun