Menu Iftar Ramadhan 2021 tanpa sambal? Memang bisa? Er, ndak usah dituliskan bagian 'ketawa'nya boleh ya? ^^
Tentu saja bisa. Utamanya buat mereka yang memang tidak menyukai rasa pedas pada masakan.Â
Tapi tunggu, sesekali, ekstra sambal buat jadi peneman makan pasti sangat diterima. Lepel pedas bisa disesuaikan. Kalau saya pribadi dan keluarga, semangkuk sambal seperti di Cover tulisan ini, dari sekitar 10 cabe rawit merah pedas.Â
Penetral rasa pedas, tambahan tomat yang diperbanyak, serta bisa dicampurkan juga dengan urap sayur.
Bahkan, keberadaan ekstra sambal, sering pula menjadi penolong di saat darurat. Misal, sudah berhasil memutuskan memasak lauk ini dan sayur itu. Koq rasanya tetap belum pas yak.Â
Akhirnya, hadirkan semangkuk sambal, voilla, selamatlah selera makan sekeluarga. Koki rumah pun jadi bisa mesam mesem senyum, bangga, karena masakan dan piring bersih. Tanda makanan ludes tak bersisa.
Lantas, biasanya dapur dan meja makan keluarga Indonesia 'dihiasi' varian sambal apa saja? Ini semacam pertanyaan 'bunuh diri'.Â
Seperti halnya suku, bahasa, budaya dan adat istiadat, varian sambal Indonesia juga sangat banyaaaakkk. Saya tuliskan yang pernah saya cobai langsung saja ya..
Pertama, olahan sambal serba segar. Di Lombok, sambal segar yang femes ada dua. Sambal tomat alias si sambal jeniper di atas, biasanya untuk sambal 'Pelecing' Kangkung.Â
Yang kedua, 'Beberok' terong. Sambal segarnya mirip, tapi ditambahi ekstra irisan bawang merah segar. Sambal segar lainnya yang enak dan femes, dari pulau dewata Bali.Â
Iyak, sambal matah. Perfek untuk teman makan lauk serba bakar, atau masakan berkuah. Di 'keluarga' sambal ini, ada juga sambal leunca, sambal asam hijau a la Dompu NTB, atau sambal terasi. Jenis sambal paling minimalis.Â
Soalnya, bahannya seperti jumlah partai di jaman Orba. Cabe, garam dan terasi saja. Eh, lupa. Boleh juga ekstra jeniper.
Kedua, olahan sambal yang digoreng. Wah, ini lebih banyak lagi contohnya. Sambal bawang, sambal tomat juga, atau sambal kacang mete. Wait, sambalnya ditaburi topping kacang mete, gitu?Â
Bukan. Cabe, tomat, sedikit terasi, baput dan bamer, digoreng sampai semuanya agak kecoklatan.Â
Nah, saat dihaluskan, tambahkan kacang mete goreng. Ulala, sambalnya jadi sedddaap. Sambal lainnya, ya tiada lain tiada bukan, sambal pecel. Yang ini, juga masih ada dua 'cabang'.Â
Sambal pecel asli, yang terbuat dari kacang tanah goreng. Yang 'kualitas super', sambal untuk peneman makan lele goreng -- entah mengapa, bisa disebut sambal pecel Lele (emotikon berpikir keras).
Ketiga, sambal ruwet. Iya, ini frase buatan saya sendiri. Bagaimana tidak ruwet. Bumbu-bumbu untuk membuat sambal ini, sulit dihapal luar kepala.Â
Contoh sambal jenis ini, dua jenis sambal di paket komplit Ayam Taliwang Lombok. Nah, karena ruwet, maaf. Saya sungguh tidak bisa menuliskan bahan-bahannya tanpa harus googling. Jadi, yuk, kita googling bareng saja ya.
Nah, banyak kan pilihan sambalnya. Akan jauh lebih banyak lagi, jika yang menuliskan seorang koki asli. Utamanya yang master dengan menu nusantara.Â
Apalah daya, saya cuma seorang momblogger kebanyakan. Betah pilah diksi berjam-jam, tapi auto was-was kalau sudah masuk dapur.
*Selong, 17 April 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H