Kembali ke Ragi Beleq, setelah dihaluskan, bumbu kemudian digoreng sampai cukup kering. Bumbu ini bisa tahan disimpan lama. Namun, khusus di Sasak Resto, Ibu Beti membuat Ragi Beleq setiap dua hari sekali. Menurutnya, bumbu yang baru diolah, lebih bisa menghasilkan cita rasa masakan lebih lezat.
Bumbu Ragi Beleq digunakan hampir di semua jenis menu Sasak Resto. Ebatan, Sate Pusut, Gulai Lemak, Sayur Ares, Ikan Bakar, juga olahan ayam dan daging sapi.
Pemandangan serba alami di Sasak Resto
Lupakan sejenak bangunan berbatu marmer atau tembok bercat ala kota besar. Di Sasak Resto, Anda akan dimanjakan pemandangan serba alami. Segera setelah memasuki gerbang utama, satu bangunan besar dengan tiang-tiang bamboo dan atap ilalang, bisa menjadi pilihan awal Anda. Namun, tentu saya akan lebih menyarankan memilih satu berugaq di ujung terdalam restoran ini.
Ah ia, karena konsisten sejak awal menerapkan layanan berbasis pariwisata halal, terdapat pula satu musholla besar. Lokasinya bersebelahan dengan ruangan meeting. Musholla yang juga gunakan serba bamboo dan ilalang ini, bisa menampung sekaligus 15 orang. Jadi, tak hanya sediakan lengkap paket menu khas Sasak Lombok, Sasak Resto juga sediakan ruangan ibadah muslim.
Sayang sekali, saya abai memotret si saparwantu. Di kota Selong sekali pun, saya harus blusukan, mencari dan mendapatkan bumbu ini dalam bentuk asli (belum dihaluskan). Ibu saya sekarang lebih memilih membeli jadi racikan Ragi Beleq. Satu kemasan plastik kecil, dihargai seribu rupiah dan bisa digunakan untuk tiga kali memasak, setara porsi untuk empat orang dewasa.
Segera saya dapatkan foro saparwantu, akan saya update di tulisan ini.
*Selong 29 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H