Berada di bangsal anak, Purnama Hadi telah berusia 18 tahun. Inaq Muhnim, sang ibunda, lancar kisahkan putra ke-6nya ini lahir di tahun 2000. Dekat dari bangku plastik yang saya duduki, ada Murahati. Si bungsu dari tujuh bersaudara, sekaligus adik yang berjarak dua tahun dari Purnama Hadi.
Purnama Hadi Menderita Campak dan Gizi Buruk
Terbata, satu persatu info lainnya saya coba gali. Bahwa, dulu di usia 9 bulan, Purnama Hadi mendapatkan suntik campak (imunisasi). Satu jenis imunisasi wajib bagi semua anak di Indonesia. Juga dua anak saya, meski seingat saya, salah satunya mendapatkan imunisasi ini sempat terlambat.
Pascaimunisasi, bayi Purnama Hadi demam tinggi dan kejang. Kondisi yang memaksanya harus dirawat sampai tiga bulan. Sampai di sini, ada rentang waktu yang saya lewatkan di beberapa pertanyaan selanjutnya.
Kisah dari Pak Pahrudin, putra ke-4, sebutkan Purnama Hadi sempat bisa berbicara normal di usia antara 6 sampai 7 tahun. Saat itu, ia terkenang bagaimana ia sempat dipanggil 'kakak'. Purnama Hadi juga bisa memanggil ibu dan bapak (almarhum Amaq Mahudin).
Kisah manis yang kini benar-benar tertinggal di kenangan. Jika hari ini terhtung sebagai usia 18 tahun, kondisi Purnama Hadi yang selalu harus dibantu di kesehariannya telah berlangsung selama 6 sampai 7 tahun terakhir.
"Pernah ada yang usulkan agar nama lengkapnya dirubah. Ketika ia mendengar itu, ia menangis sampai seminggu. Pas saya yakinkan kalau namanya samasekali tidak dirubah, ia kembali tenang dan bisa senyum atau tertawa lagi," kisah Inaq Mahnim, ketika saya pertanyakan, pernahkah lakukan ikhtiar mengubah nama. Serupa usaha menitipkan doa baik, mengabadikannya di nama.
Murahati, adiknya, berkenan berbagi dua foto. Yang satu, foto senyuman Purnama Hadi, di salah satu momen selama dirawat kembali di tiga hari terakhir. Foto yang lain, tawa cerah ketika masih berumur sekitar 11 tahun. Dulu.
Mengapa Saya Menuliskan Ini?
Sekarang ini, saya belum benar-benar memiliki alasan terbaik. Bisa saja, sekadar pembayar janji ke Vivi, juga ke keluarga Purnama Hadi sendiri. Toh, ketika melibatkan diri di satu wawancara tentang apa pun, menuliskan hasilnya tentu merupakan satu keharusan. Meski seringkali kadang hanya menambah koleksi bahan saja. Batal tayang karena tak penuhi kaidah tertentu, terbanyak, karena terlewat momen tepat saat tulisan tersebut seharusnya tayang.