Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama FEATURED

Nyepi di Lombok Hadirkan Ritual Budaya dan Tradisi

19 Maret 2018   13:42 Diperbarui: 7 Maret 2019   11:49 6100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di salah satu ruas jalan utama Terminal Bertais, Mataram Lombok, satu Ogoh Ogoh diletakkan di pinggir jalan. Sabtu pagi, 18 Maret. Dokpri

Tahun Baru Saka 1940, bertepatan juga dengan perayaan Nyepi tahun 2018, di Sabtu 17 Maret dua hari lalu. Di Lombok, dua momen paling ditunggu dari perayaan tahun baru umat Hindu ini, yaitu Pawai Ogoh-ogoh dan Perang Api (Bobok). Meski beruntung turun liputan ke lapangan, sayangnya saya masih harus menunggu setahun lagi untuk dapat saksikan langsung Perang Api.

Menjadi penduduk yang berinteraksi dengan pemeluk agama Hindu --yang memiliki penganut terbesar kedua di Lombok Barat-- membuat saya sudah semakin terbiasa dengan berbagai perayaan hari agama atau adat dari umat Hindu. Terutama karena mengakrabi kota Mataram, kotamadya sekaligus ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah sekitar belasan tahun. Bahkan hampir seperempat abad. Mulai dari kunjungan reguler saat masih kecil (ke destinasi wisata pantai di Mataram dan Lombok Barat, seperti Ampenan dan Senggigi), juga karena berdiam cukup lama saat kuliah di Universitas Mataram (Unram) -- perguruan tinggi negeri tertua di Lombok (NTB).

7 Ogoh Ogoh menunggu antrian arak-arakan. Dokpri
7 Ogoh Ogoh menunggu antrian arak-arakan. Dokpri
Gelang Tridatu, terpakai di semua peserta Pawai Ogoh Ogoh. Tua-muda, kecil-besar, lelaki dan perempuan. Dokpri
Gelang Tridatu, terpakai di semua peserta Pawai Ogoh Ogoh. Tua-muda, kecil-besar, lelaki dan perempuan. Dokpri
Sangkala Raja Anungkurat. Dokpri
Sangkala Raja Anungkurat. Dokpri
Mengapa akhirnya baru meliput Pawai Ogoh-ogoh di tahun ini? Terbesar dan pertama, karena memang tugas liputan kantor. Kedua, saya meyakini sudah berdamai dengan batas kemampuan diri saya, semangat memiliki koleksi foto sendiri mengatasi rasa khawatir tubuh saya kolaps karena tak tahan dengan keramaian. Ketiga, momen liputan akan menjadi pengalaman pertama saya dan rekan kerja (sama-sama tim redaksi sekaligus teman kos) yang berasal dari Jogja, well, semacam ingin jadi tuan rumah yang baik -- bisa menjelaskan ini itu saat menemaninya liputan.

Hari Raya Nyepi dan Saraswati 2018

Keberuntungan yang terasakan semakin mengental, ketika salah seorang rekan relawan saya di GenPI (Generasi Pesona Indonesia) dan juga seorang umat Hindu kabarkan, bahwa Hari Raya Nyepi tahun ini berbarengan dengan perayaan Hari Raya Saraswati.

Wah, kebetulan yang mencerahkan.

Dua Ogoh Ogoh di depan kompleks Mataram Mall, Lombok. Dokpri
Dua Ogoh Ogoh di depan kompleks Mataram Mall, Lombok. Dokpri
Tiga Penari Bali, di sela padatnya antrian arak-arakan Ogoh Ogoh. Dokpri
Tiga Penari Bali, di sela padatnya antrian arak-arakan Ogoh Ogoh. Dokpri
Mistis, seram dan mengagumkan. Dokpri
Mistis, seram dan mengagumkan. Dokpri
Satu dari banyak kelompok Gamelan Bali, pengiring arak-arakan Ogoh Ogoh. Dokpri
Satu dari banyak kelompok Gamelan Bali, pengiring arak-arakan Ogoh Ogoh. Dokpri
Salah satu Raksasa Yang 'Gagah' bagi saya. Dokpri
Salah satu Raksasa Yang 'Gagah' bagi saya. Dokpri
Menyaksikan langsung ghirah para warga Hindu, mengusung berbagai patung Ogoh-ogoh berbagai ukuran dan bentuk, sekaligus rasakan aura terima ragam pengetahuan baru. Aura dan momentum utama perayaan Saraswati, hari turunnya Ilmu Pengetahuan. Umat Hindu Dharma di Bali merayakannya setiap 210 hari, dengan menggunakan perhitungan kalender Bali pada Sabtu (Saniscara), Umanis (Legi), Watugunung. Pada hari Saraswati dilakukan pemujaan pada Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni(Wikipedia).

Budaya Ritual dan Tradisi

Terdiri dari empat kabupaten (Barat, Tengah, Timur dan Utara) serta satu kotamadya (sekaligus ibukota provinsi), pawai Ogoh-ogoh sebagai rangkaian dari prosesi Perayaan Nyepi biasanya dilaksanakan di dua kota besar. Mataram sendiri dan kota Tanjung, ibukota dari kabupaten termuda, kabupaten Lombok Utara.

Antrian mulai dari spot Pom Bensin di ujung kiri, arak-arakan sampai ke Pura Mayura di ujung kanan. SS Google Maps.
Antrian mulai dari spot Pom Bensin di ujung kiri, arak-arakan sampai ke Pura Mayura di ujung kanan. SS Google Maps.
Tahun lalu, sebagian perayaan saya nikmati bersama rombongan tamu private tour saya, keluarga kecil serta masih rekan blogger saya juga dan berasal dari Semarang, Jawa Tengah.

Jika di kota Mataram, pusat arak-arakan masih selalu berada di ruas jalan raya utama yang membelah kawasan perdagangan Cakranegara, di kota Tanjung (Lombok Utara) arak-arakan Ogoh-ogoh berada di pusat kota dan juga jalur utama lintas provinsi. Di mana sebagian besar rombongan wisata yang mengarah ke destinasi di Senaru (Masjid Tua Bayan Beleq, dua air terjun yaitu Sendang Gile dan Tiu Kelep) pasti akan melewati ruas jalan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun