Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Perempuan yang Telapak Tangannya Kukecup

13 Maret 2018   09:23 Diperbarui: 13 Maret 2018   09:38 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cred. The Mighty Dot Com.

Menyimpan simpul dukanya di ujung bibir, menyuntingnya menjadi senyum.
Menebarnya jadi binar mata dan tawa bahagia.
Atas hidup memang sepantasnya selalu pantas jadi asbab segala macam bahagia.

Untai katanya tentang segala keserba-baikan.
Beda adalah serupa warna-warna bunga di taman.
Juga abu-abu pekat petang, saput tipis putih cirrus pun cumulonimbus yang sesatkan banyak pikir.

Ia yang mengelindan duka di rona cantik rupa.
Tangis menjadi seburuk birahi yang tertahan malam, tersimpan rapat di lapal mantra.
Wahai pemilik semesta, padaku tertitipkan selaksa nyawa, jaga baikku demi baik mereka.

Bidadari badung, tertawakan sumpah serapah, tangisi pelukan erat persahabatan.
Pandangi pasang mata sipit, lebar, hijau, biru dan hitam, dijejaki bersisian, dalam senandung kidung pelangi.
Semesta benar tentang segala serba indah, serepot apa memaksanya memuram dedat?

Pelaku semua syair cinta, sesederhana pagi tentang langit yang menerang.
Juga masih selalu hidup berujung mati, pilih saja yang kamu suka.
Tangis bahagia pada kelahiran, atau ratapan tawa pada kematian.

Seorang yang kutemui semalam, titipkan doa 'terhormatlah dengan pengabdian dan karya'.
Aku pekikkan 'tabik', keras-keras pada jiwa dan bayangku.
Berhenti permainkan rasamu sendiri, teruskan saja mencintai kata-kata dan menulislah saja.

Pada banyak hati telah kangkangi banyak mati.
Jika aku, ia, kamu dan semua tak terkecualikan, apa yang membuatku abai dan menoleh tolak antrian?
Mari lagi bernyanyi, satu-satu aku, ia, kamu dan semua, sayang,

Perempuan yang telapak tangannya aku, ia kamu dan semua kecup.
Arin, telapak tangan siapa yang kau kecup.
Beratkah kisahkan padaku, cerita apa di setiap kecupan yang kau berikan.

*Meninting 13 Maret

Rangkaian Puisi ARIN, rupa-rupa kisah manusia, tentang sayang dan cinta. Tentang Rasa;

#Arin2015: #1 | #2 | #3

#Arin2016: #1 | #2 

#Arin2017: #1  |#2 | #3 | #4

#Arin2018: #1  | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun