Waktu ini, aku sedang jatuh cinta pada hatiku sendiri. Aku melihatnya begitu hangat, penuh-penuh memberi kasih dan sayang. Darahku memanas, panah cinta memakuku. Erat
Tak ada wajah-wajah lain. Musnah semua hati di dunia. Cinta dan sayang ini, sempurna kukangkangi sendiri. Kukagumi semua sisi diri. Tak ada yang buruk. Kebusukannya pun sewangi kasturi.
Wajah dan bayangku memadat, menyublim di segenap arah angin. Aku mabuk. Mabuk diriku sendiri. Mengawang di semesta, seluruh bumi tertutupi ronaku. Seruak merah di fajar pagi, memekat jingga di jelang petang. Hari dan malam, hati dan jantungku.
Padat manusia dijalanku serupa beluntas, pagar dari setapak milikku sendiri. Yang hijau rimbun sekali menarik ekor mataku. Oke, sekali ini kalian cantik, sungguh. Yang meranggas tertimbun benalu, aku mencibir, jijik. Lemah!
Senyumku melebar di setiap pemantul bayang. Tak ada tembang terkidungkan, "Mirror Mirror on the Wall, Who Is the Fairest of Them All?" Kukagumi semua sisi diri. Tak ada yang buruk. Kebusukannya pun sewangi kasturi.
O Arin, sekali ini menyingkirlah. Aku sedang ingin bercinta, dengan diriku sendiri.
*Meninting 2 Maret
Rangkaian Puisi ARIN, rupa-rupa kisah manusia, tentang sayang dan cinta. Tentang Rasa;
#Arin2018: #1Â | #2 |Â #3 | #4 | #5 | #6 | #7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H