Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dinding dan Monolog Kata

18 Februari 2018   17:19 Diperbarui: 18 Februari 2018   17:45 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu bagiku, ruang tak berdinding. Kamu datangiku di sela seribu satu mimpi. Seperti katamu, ada yang tertinggal dihati. Tentang rasa begitu dalam. Saat itu, dari kamu yang tak bernama.

Kini, aku mulai mengutuki nyata. Atas mimpi itu mewujud, kamu. Lalu duniaku dipenuhi dinding-dinding. Aku dan dinding-dinding. Kembali menukar olok. Dinding bilang, "Jangan pernah turuti rasa di setiap mimpi indahmu. Karena ia tak pernah gagal berbohong".

Satu yang dinding tak tahu. Aku mencuri waktu, ceritakan semua. Kamu dan mimpiku. Lalu, dinding mencuri kebahagiaanku. Tak seperti mimpi, rasa indah itu semu. Tak ada ungkapan cinta. Tak ada kecupan manis. Keduanya tertinggal di mimpi. Sisakan, hanya kamu.

Dinding-dinding menertawaiku. Sibuk merangkai kata. Bercakap sendiri. "Kau keras kepala. Selalu berani kangkangi rasa sakit. Kini mimpi indahmu hanya jadi pekat jelaga masa lalu."

Segera matamu yang menari hadir, tepat di dua manik hitamku. Kutatapi mesra dinding-dinding. Kamu, cintaiku, dulu. Benar di mimpi. Aku, cintaimu, kini. Senang untuk tahu, aku dan kamu, tidak sedang bermimpi.

Arin, tengoklah dinding-dinding. Jika dulu banyak monolog kataku rapi kamu simpan. Simpanlah lagi yang satu ini. Untuk satu lagi mimpi, sekali ini, takkan ada yang terceritakan. Entah ia mewujud, pun tidak. Aku tak lagi mau dinding-dinding. Meski tentu saja, kata-kata akan selalu penuh-penuh dijiwaku.

*Selong 18 Februari

Rangkaian Puisi ARIN, rupa-rupa kisah manusia, tentang sayang dan cinta. Tentang Rasa;

#Arin2015: #1 | #2 | #3

#Arin2016: #1 | #2 

#Arin2017: #1  |#2 | #3 | #4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun