Hari terakhir tahun 2017, kota Selong, ibukota kabupaten Lombok Timur dihiasi mendung gelap sejak pagi. Dua event wisata besar akan diadakan di Gedung Wanita, bangunan di pusat kompleks Taman Kota Selong. Saya berjanji hadir lebih awal, untuk lebih tahu persiapan acara juga janji wawancara dengan Bapak Ahmad Roji SE. Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur, pelaksana utama event Pemilihan Putri Pesona Desa Selaparang dan Parade Kuliner, Sabtu 31 Desember kemarin.
Akhirnya saya sampai sekitar pukul 1 siang. Itu pun sudah kehujanan di perjalanan dari sudur tenggara kota, tempat tinggal saya di desa Kebontalo, berjarak hanya 4 kilometer dari spot Gedung Wanita. Naiki bemo kota dan ongkos 5 ribu rupiah, saya turun persis di depan gedung. Jejeran meja ditutupi kain putih bersih di sisi kiri bangunan telah ditata rapi. Masuk ke hall utama, panggung megah menjadi mencolok, karena tirai sama putih tutupi hampir semua bagian dinding.
Selagi abadikan panggung yang masih tampak sepi, sekelompok gadis cantik kenakan kaos lengan panjang seragam tampak duduki satu barisan kursi. Meminta ijin sebentar, tak lama kami sudah terlibat obrolan seru.
Army, Desy, dua finalis yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Salah satunya almamater sekolah saya dulu, SMAN 1 Selong. Ami, Eka, Ningsih, Rani dan Silvia, bercengkerama riang.
Finalis Putri Pesona Desa telah diseleksi selama sebulan terakhir. Salah satu persyaratan, satu essay berisi destinasi wisata paling menonjol di desa mereka masing-masing. Ami, salah seorang finalis yang juga atlet Taekwondo, bangga kisahkan tulisannya yang berhasil menarik minat juri. Ia mengulas spot makam Tuan Guru K.H. Zainuddin Abdul Majid di Pancor. Spot yang kini semakin ramai dikunjungi, terutama setelah digelarinya almarhum sebagai salah satu Tokoh Pahlawan Nasional.
Parade Kuliner
Ahmad Roji SE, ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur jelaskan niat pengadaan event ini agar semakin termotivasinya para pelaku bisnis kuliner khas, makin dikenalnya destinasi-destinasi wisata melalui para Putri Pesona Desa serta bisa semakin akrab juga dengan produk-produk kopi. Olahan dari hasil kebun-kebun kopi di daerah Lombok Timur sendiri, namun sudah dikenal luas di nasional pun internasional.
Di stand kuliner, saya berhenti cukup lama di meja dengan sekitar lima jenis makanan tradisional. Kelempe yang sebagian dikenal di Jawa sebagai botok atau brongkos dengan bungkus daunt alas yang empuk. Ada juga Potaq Kenyamen, olahan potongan segar daging buah kelapa tua yang masih empuk dengan rasa kuat bawang merah dan berbagai rempah lain, appetizer bagi anak-anak yang sulit makan. Isian mirip seperti Kelempe, kali ini dimasukkan di potongan utuh cabe hijau dan buah pare (isian ditambahkan daging sapi cincang). Kuliner yang bahkan sangat disukai dua anak-anak saya yang juga ikut kunjungi Parade Kuliner.