Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kidung Surut Manik Karat Batin

24 Desember 2017   16:49 Diperbarui: 24 Desember 2017   16:51 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunyi mengajarimu membaca yang tersembunyi, disembunyikan
Sunyi riuhkan obrolan dibalik ketenangan tanpa riak
Sunyi memaafkanmu atas makian-makian pada segala ketak-benaran

Bagaimana aku menembang di kelabu langit dan basahnya bumi?
Atau memang telah sampai tatapku pada biru dan hijau semesta, nun dilapis entah ke berapa
Hunjam diam ia, diam, berakar di jiwa

Kidung Surut Manik Karat Batin (1)
Ketipung Gendang Beleq (2) seiring detak jantung

Bangunkan kenanganmu pada lekat getir pinang di tukaq lidah
Alirkan merah sekental darah
Banjir ia bersama masa lalu, menguntai di ribuan kisah

Pembayun (3) tembangkan Angin Alus (4)
Pedih hati mengurai di liris nada, hasrat sang puteri dipeluki samudera
Lahirkan jutaan anak cucu di nyawa Nyale (5)

Kidung Surut Manik Karat Batin
Sebening apa wajah cerminkan jiwa-jiwa bersih?

Denting mana yang kau simak diam-diam, mungkin alun Sendon (6) lebih merdu dan sampai pula ia di hati
Gelung Perade (7) susupi pikirku, pikirnya, entah dipikirmu
Mahar yang kuingin, saat akhirnya jodoh payungi kita

Sehari lain, kata-kata tak terbaca kesunyian
Sejelas mentari pagi di langit biru bersih, masih juga maknanya tak tampak
Maafkan, mungkin hatiku terlalu penuh dengan rasa yang salah

Kidung Surut Manik Karat Batin
Akal dan harapku masih saja tersesat, jadi biarkan kini aku kembali, sendiri

Kini bagaimana aku lupa melupa, bacalah seperti mentari setia sinari bumi
Ia tetap lewati berjuta satu kisah-kisah milyaran hati
Siapa aku hendak kangkanginya sendiri?

Jauh, jauh sebelum hari ini, tak ada pintaku cerita tertentu
Sudah kuberitahu, sebagian ia hadir seperti hujan dari awan abu-abu nan gelap
Jadi, biarkan itu terjadi kembali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun