Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi ǀ Ode Kata-kata

11 Desember 2017   14:00 Diperbarui: 12 Desember 2017   04:10 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali, keluh serupa sakit tanpa obat
Tak jelas sebab, titik sakit sebenar, pun akhirnya obat yang juga tak tepat sasaran
Lantas, mengapa tak endapkan ia, dibalik rona memerah tomat?

Kadang, bahagia suka tak tersebutkan
Binar pupil warna-warni, kesejukan yang terasa menebar dan lingkupi seluruh bumi
Jangan ragu. Segera peluk aku erat-erat saat itu terjadi

Lalu kesuraman mencari kata-kata
Ia butuh teman, penghapus sesak
Atau sedikit perpanjang waktu, agar tak terasakan, kemudian lenyap?

Kau tahu, jika dulu kau temukan aku demi kata-kata
Apa yang membuatmu percaya aku akan bertahan ketika kau memilih sunyi yang meraja?
Tak banyak yang kuminta, tak pula harus semanis madu. Mungkin hanya sepasang telinga dan tatap saling beradu

Tadinya hatiku tercukupi, ketika kularung semua cerita
Bercakap sendiri, bermula dan berakhir, sama sendiri
Tapi, maafkan aku, sekali ini kata-kata meletihkanku

Kata-kata memintaku berbicara dan mendengar
Kata-kata memintaku bertukar kabar
Kata-kata memintaku mendengar dan berbicara

Tapi tak ada sepasang telinga
Tak bisa kutatapi satu mulut berbicara
Dan mata-mata, ia berkesaput di cat kusam dinding-dinding. Gilakah aku berbicara pada dinding-dinding?

Aku rindui ketika tubuh kita berbicara
Sepasang telinga, dua mata dan satu mulut enggan jauh menjauhkan
Penuh-penuh mereka kisahkan sejuta satu cerita. Tanpa titik

Desau angin jadi musik latarnya
Rinai hujan bagai The Magic Flute
Maafkan aku tak tertahan pertanyakan, boleh aku rindui itu semua?

Jadi, arin, jika saja yakinmu masih berikan tempat bagi hadirku
Bagian mana pikirku memilih: atau gantung saja?
Untukku dan kau hanya bisa pandanginya, diam-diam, kemudian sibuk berkisah sendiri..Lagi..Lagi

*Meninting 11 Desember

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun