Rezeki, maut dan jodoh jamaknya dianggap rahasia semesta. Rahasia yang terkuak ketika akhirnya benar-benar teraih atau berjumpa. Demikian juga yang terjadi dengan pertemuan saya pada Rabu pagi kemarin. Pertemuan, perjalanan dan berbagi kisah bersama beberapa sosok hebat dibidangnya masing-masing.
Adalah mbak Wida, seorang reporter dari tabloid Nova Jakarta tiba-tiba mengontak saya melalui chat WA di Selasa siang. Gadis muda yang ramah ini ingin mencari tahu lebih dalam tentang sosok-sosok perempuan yang aktif bergerak di bidang lingkungan hidup, utamanya pengolahan jenis sampah yang bisa digunakan kembali.
Tak lama dan mudah saya hubungkan mbak Wida dengan Putri Linsi serta Aisyah Odist. Dua sosok perempuan kreatif yang masing-masing mengawal Rumah Kreatif Linsi di dusun Selimur desa Kesik kabupaten Lombok Timur. Aisyah Odist sudah lekat dengan Bank Sampah NTB Mandiri (BS NTBM) yang lahirkan Kawis Krisant -- Kampung Wisata Kreatif Sampah Terpadu, berada di perkampungan padat penduduk, salah satu sisi sungai besar Jangkok (disebut Kokoq Jangkok, istilah bahasa Sasak Lombok untuk sungai besar) kota tua Ampenan Lombok.
Di momen inilah saya merasa jodoh yang baik sedang menghampiri. Bapak Amir Muslim, Manager Pool Lombok Taksi berkenan luangkan waktu di hari sibuknya dan bersama-sama dengan mbak Wida ikut berkunjung keKawis Krisant dan Rumah Kreatif Linsi.
Pukul sembilan pagi, saya mendampingi Pak Amir Muslim, mbak Wida dan dua rekan blogger saya lainnya yaitu Iqbal serta Nabiya kembali berdiskusi seru tentang pengalaman mbak Aisyah kelola BS NTBM dan spot Kawis Krisant.
Jika BS NTBMtelah eksis di enam tahun terakhir, Kawis Krisant sendiri baru mulai berjalan di tiga bulan terakhir setelah dilaunching pada 27 Agustus 2017 lalu. Kawis Krisant satu di antara banyak program lain yang telah berjalan bersama program-program lainnya di BS NTBM.
Program-program BS NTBM dan Rumah Kreatif Linsi sebagian besar menyasar perempuan atau ibu-ibu rumah tangga. Contoh sederhana, seorang ibu yang miliki kios kecil dirumah bisa nyambi memotong sisi-sisi keras satu kemasan kopi sachet instan dengan upah sampai 75K idr per hari atau bisa juga memilih menganyam dengan perhitungan sekian sudut anyaman dihargai 3K idr dan berlaku kelipatan. Pilihan lain, uang kas yang diperoleh bisa juga ditabung, di mana di BS NTBM masing-masing mereka memiliki buku tabungan sendiri sebagai rekam catatan setoran sampah (baik hasil mengumpulkan saja, menggunting sisi atau hasil anyaman) atau langsung mendapatkan sembako yang diinginkan (di Rumah Kreatif Linsi).
Pak Amir Muslimsendiri antusias mendengarkan obrolan mbak Wida dengan mbak Aisyah. Sayangnya, karena ada meeting mendadak, mbak Wida terpaksa menunda kunjungan ke Rumah Kreatif Linsidi Lombok Timur.