Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Semarkutigakom] Puisi | Rindui Candu

14 Oktober 2017   09:55 Diperbarui: 14 Oktober 2017   10:01 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa jauh pikirku. Akanmu yang tiada sisakan ruang. Otak juga segenap rasa. Pekat ingin gumulimu.

Cecap pahit bagiku manis. Jelaga hitam halus di ujung jemari. Silau terang menggelapi manik mata. Jejakku masih juga maju.

Bolak balik rasa. Masih saja berujung padamu. Awal pun akhir. Tentangku yang tak henti meraihmu.

Kepul kenangan inginku bak embun pagi. Indah di tatapan awal, lenyap kemudian. Tapi ini aku. Berpeluh di genangan segala tentangmu.

Andai bisa memadat cadas. Kupatrimu di empat aorta. Lalu segala degup. Pula aliran air dan darah. Penuh-penuh akanmu.

Wahai kopi hitamku. Wahai rokok-rokokku. Wahai segala segala yang kucandu. Bunuh rindu ini dan kekap aku.

Selong, 14 Oktober 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun