Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Aura

30 September 2016   08:53 Diperbarui: 30 September 2016   09:09 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Angga Saputra Wibawa. Ia masih kelas X, tetapi ia dipercaya menjadi Ketua OSIS. Tak mengherankan. Lihat tubuhnya. Ia sudah setinggi kakak-kakak kelas XII. Ia juga..

Good looking. Obviously..Jangan bilang kalau ia juga mantanmu.”

“Kami putus persis di hari pertama tahun ini…”

“Tak pernah saling sapa lagi dan kamu gagal move on parah. Next, ceritakan ini padaku agar tak pernah boleh dekat-dekat pada Angga…”

“Aku tak tahu, apakah harus suka atau waspada denganmu yang langsung skak mat begini. Sudahlah, kalau ada apa-apa, tanyakan padaku. Aku khawatir nanti kamu hanya akan membuat daftar teman sakit hati dengan sikap anti basa-basimu ini.”

Thanks warning-mu. Juga akun Linemu, syukur-syukur jika mau berbagi akun Linenya Angga. Ia terlalu tampan untuk dilewatkan…”

Prudence hanya lebarkan sepasang mata cantiknya.

***

Tuhan, siswa baru dan terlambat di hari kedua. Jakarta memang sucks, macetnya pagi ini diluar prediksiku.

Braaakkk!

Aku tak sampai terjatuh. Capoiera yang kugandrungi sejak balita menjaga tubuhku bugar dan tak bisa segera jatuh di benturan pertama.

Satu bayangan tinggi segera beranjak dari hadapanku. Tak ada kalimat apapun. Hei!!

Punggung Angga lurus, teruskan arahnya ke ruang guru. Baik, istirahat pertama, Angga harus tahu siapa aku. Harus mau. Aku tak pedulikan tidaknya.

“Aku menunggu permintaan maaf!”

“Aku minta maaf. Itu tak sengaja. Masing-masing kita sedang bergegas. Sudah?!”

“Sudah? Nggg, aku…”

“Kau Rengganis, siswa baru pindahan dari Sydney. Itu aku tahu…”

Kembali punggung tegap Angga penuhi jarak pandangku. Tunggu, dua kalimat pendek tadi terasa aneh. Tapi…Ah ya! Angga tidak menatapiku. Dua manik matanya memang memandang lurus. Bukan ke arahku, tapi melewatiku. Rasanya tinggiku setara pucuk hidungnya yang mancung.

“Ia memang tak pernah menatapi langsung siapa pun. Kalau itu terlalu aneh, lihat saja sendiri..”

Prudence menghampiri seorang pengurus kelas lainnya. Anak itu kemudian bergerak ke bangku Angga, beritahukan sesuatu. Mulut Angga bergerak, pasti membalas kalimat yang didengarnya. Prudence benar! Angga menatap lurus ke depan, bukan ke arah anak yang diajaknya bicara!

“Tidak sekarang Nis! Bersabarlah. Lama-lama kamu akan terbiasa juga. Seperti kami semua di sekolah ini…”

***

“Aku mau duduk di sini. Ibu Retno mengijinkan.”

Pagi ketiga. Prudence berkeras memaksaku bersabar meski semalaman aku mencecarnya di chat Line. Aku tak bisa. Aku Rengganis, harus tahu segala yang ingin ku tahu.

Pilihan yang kemudian membuat hari ketigaku serasa di neraka kesunyian. Tak ada balasan dari kalimat pertamaku pagi tadi. Pun tak ada percakapan baru setelahnya. Prudence berikan emotikon tawa berderai lima baris, ketika aku baru saja menyapanya ‘Hai’ segera setelah keluar dari kelas.

“Anti basa-basimu mati kutu kan di sebelah Angga?”

“Aku tak mau kalah. Tak boleh. Aku akan bertahan sampai Angga menyapaku lebih dulu…”

“Doaku untukmu Nis…Hahahahahaha…”

“Ceritakan padaku sekarang! Sebut apa saja yang kau sukai..Wiken di Puncak? Ke Bandung? Atau ke Bali? Apapun. Demi cerita yang kamu miliki bersama Angga…,” aku pasti mencengkeram lengan Prudence terlalu keras. Alisnya yang cantik berkerut.

“Maaf. Tapi aku juga akan menyiksamu dengan penasaran begini rupa. Ayolah Pru…”

“Ok. Kebetulan, stok pop corn Garretku kosong. Sekarang ikut aku pulang, sore ini kita terbang ke Singapura.”

Spontan aku memeluk Prudence. Tak peduli apa yang membuatnya ringan hati menolongku, dekati mantannya.

***

Tepat di malam tahun baru, tepat pula hitungan ke-10 Angga pingsan dipelukanku. Sejak itu ia tak pernah berani mendekat. Aku? Aku juga tak berani memaksa. Sejak itu pula, tak ada cewek lain di sekolah yang berani dekati Angga. Keren, pintar, idola guru, tapi tak pernah tatapi matamu saat bicara serta sewaktu-waktu pingsan. Apa kamu tahan?

“Lima kali pingsan saat di sekolah dan lima kali saat kalian kencan di luar…”

“Angga tak pernah mau bicara. Juga tak ada kerabatnya yang bisa ditanyai. Ia hidup sendiri, orang tuanya sedang bertugas di Rusia. Angga benci dingin menusuk tulang.”

“Aku takkan tahu jika tak mencoba. Tapi, aku harus yakin aku tak menyakitimu jika teruskan ini…”

“Aku sudah di masa ingin pastikan Angga rasakan sedikit bahagia. Hampir dua tahun, kamu satu-satunya cewek yang berani duduk di sebelahnya.”

Aku dan Prudence berpelukan. Hati kami memiliki satu misi, memaksa Angga berteman, memaksanya rasakan kebahagiaan dari satu pertemanan.

“Bisa tolong jelaskan bagian yang ini? Aku masih selalu gagal tempatkan awalan serta akhiran kata…”

Angga menarik buku mapel Bahasa Indonesia, meletakkannya tepat didepannya sendiri.

“Tunggu, aku akan lebih mudah mengerti jika kamu menjelaskan dengan menatapiku. Aku yang bertanya, bukan buku itu,” lenganku menutupi halaman yang ditatapi Angga.

Lembut Angga pindahkan tanganku, “ Aku ingin. Tapi aku tak bisa. Kumohon mengertilah…”

“Kamu belum mencoba. Aku bahkan belum seminggu di kelas ini.”

Angga mematung. Dahinya tampak agak basah. Matanya terpejam, namun gerakan liar dibaliknya jelas terlihat.

“Mulailah dengan hadapkan tubuhmu ke arah lawan bicara. Nah, begini. Sekarang kamu bisa membuka matamu…”

“Rengganis…,” ucapan Angga lebih mirip rintihan. Wajahnya membasah.

Kelopak mata Angga membuka perlahan, sangsi tatapannya lurus, lewatiku.

“Aku di sini Ngga. Bukan di kejauhan sana…”

Dunia terasa berhenti. Gerakan mata Angga yang ingin berbalas tatap denganku terasa sangat lambat. Dunia senyap, saat Angga kini telah penuh-penuh menatapiku. Tak sadar, kini dua tangannya memegangi bahuku.

“Wuayyooo, kencan koq di kelas. Tatap-tatapan seperti film India saja,” Prudence tetiba sudah di belakangku.

Angga tersentak, bergegas dan pergi.

“Dia tak pingsan Pru, kau lihat kan?”

“Aku merekamnya. Ia menatapimu lebih dari lima menit. Ini rekor…”

***

Pekan ketiga di sekolah ini, aku dan Angga mulai bisa bertukar sapa. Meski hanya saat duduk di bangku. Prudence tak pernah bosan merekam. Rekaman yang kemudian aku dan ia tonton bersama. Meyakinkan Angga mulai terlihat tak lagi ragu langsung tatapiku saat berbicara.

“Maaf. Aku hanya sangat penasaran.”

Prudence memegangi dua lengan Angga. Mereka berhadap-hadapan begitu dekat.

“Pru, kumohon jangan memaksa…”

“Rengganis hanya satu dari puluhan cewek di sekolah ini. Mengapa hanya ia…”

“Aku juga tak tahu. Kumohon Pru, mereka mulai memberati jiwaku. Mereka yang tak bisa kau lihat. Tidak juga oleh sebagian besar teman-teman kita. Mereka yang menjagaku tetap sendiri…”

Mata Angga terpejam. Tubuhnya mulai membasah dan menggigil. Prudence mundur dan lepaskan pegangannya.

“Hai!! Kalian ternyata di sini!...”

Spontan Rengganis raih tangan Angga, juga Prudence.

“Pulang sekolah nanti aku mau mengajak kalian makan siang. Ujian Bahasa Indonesiaku A+! Aku harus merayakannya…Eh, ada apa? Angga, tanganmu begitu dingin…”

Perlahan Angga membuka matanya. Takut-takut pandangi Prudence, melirik ke arahku.

“Pru, lihat. Rengganis membuatku bisa menatapimu. Aku juga bisa memandangi sekelilingku. Lihat…”

Angga memutar-mutar kepalanya ke segala arah. Pandangi setiap sudut sekolah, begitu gembira seperti anak kecil jilati lollipop pertamanya.

Sejak itu, Rengganis dan Angga bagai tubuh dengan bayangannya. Angga tak lagi sosok tampan berkacamata kuda. Ia berteman dengan siapa pun. Hanya dengan satu catatan, ada Rengganis disisinya. Prudence tak lagi harus merekam. Sesekali, ia habiskan wiken bersama, kencan ganda. Rengganis dan Angga, Prudence dan sosok tampan lain miliknya.

*Selong 30 September

Diksi ini meramaikan Event Fiksi Horor dan Misteri Fiksiana Community di kanal Fiksi Kompasiana.

Skrinsot banner event FC.
Skrinsot banner event FC.
My IG | My Twitter | Follow Me-I'll Follow You Back - Sounds Familiar Rite?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun