Jika semangkuk penuh keong sawah tampak begitu nikmat disantap dengan dua tangan oleh sepupu mereka di kampung leluhur saya, akan tetap asyik serta nikmat juga bagian kami yang kami nikmati dengan bantuan garpu, tusuk gigi bersih, bahkan bantuan palu kecil.
Masih belasan tahun bagi anak-anak saya menjelang usia seperempat abad pertama mereka. Namun, kebiasaan-kebiasaan, kisah-kisah masa kecil saya, pun pengalaman-pengalaman dari sekian banyak momen makan bersama saat di Lombok pun di Semarang, saya harapkan mampu menjadi bekal positif mereka. Nanti di keluarga kecil mereka masing-masing, ada nilai-nilai kearifan lokal yang terjaga. Konsisten dipraktekkan nyata di hidup keseharian, menjadi bahan obrolan di momen-momen kebersamaan mereka. Mungkin tak lagi dengan begibung (makan bersama, Lombok), namun tetap saling tolong menolong, saling menghargai dan menghormati serta sama-sama mandiri di banyak hal.
Semoga
*Selong 10 Agustus
- My FB Account : Muslifa Aseani.
- My Twitter Account: Muslifa_Aseani.
Tulisan ini diikut-sertakan di event [Blog Competition] Ayo Bagikan Kisah Kebersamaan Santap bersama Keluargamu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya