"Bank Sampah saya masih eksis di tahun ke-6 operasional karena komit menjaga dan laksanakan sistem 3S kak Nanik.."
Penghitungan total anyaman plastik yang diserahkan, pembayaran, pencatatan administratif dus foto kegiatan. Rekam data kompleks yang menjaga konsistensi kerjasama. Meski jika misalnya yang setorkan hasil anyaman tetangga sebelah pintu dari kantor BS-NTBM sendiri.
Bahwa siapa pun bisa optimalkan kemampuan pribadinya untuk kembangkan ide plus gerakan-gerakan peduli lingkungan. Seperti LEC BS-NTBM, event di Darwin menjadi pembuka jalan. Membuka kesempatan berjejaring dengan lembaga sejenis BS-NTBM dari lintas negara.Â
"Saya menjadi semakin terinspirasi, bagaimana warga Australia yang notabene sudah miliki sistem pengolahan sampah yang sudah maju tetap mau belajar cara-cara mengolah limbah plastik menjadi lebih berdaya guna. Inspirasi yang tetap menjaga semangat saya untuk sebanyak mungkin sebarkan pengalaman serta pengetahuan yang saya miliki kelola BS-NTBM pada siapa pun."
Semangat yang sudah sepantasnya ditiru, diikuti. Aisyah hanya satu sosok dari jutaan para pegiat lingkungan. BS-NTBM dengan brand LECnya pun bisa jadi satu dari ratusan brand dari produk-produk olahan sampah di pelosok Indonesia. Namun, sistem dan kegiatan-kegiatan BS-NTBM serta olah kreasi tanpa henti dari motorisnya --Aisyah Odist, bisa menjadi penggerak pegiat lingkungan pun bank sampah-bank sampah lain untuk konsisten berjejaring lintas daerah plus negara.Â
Produk olahan sampah sudah saatnya eksis di event-event eksibisi. Produk olahan sampah bisa menjadi dasar perluas charity. Tak akan berlebihan, jika tagar '#RubbishforEducation', '#RubbishfoArt', '#RubbishCharity' mulai menghias timeline akun-akun sosmed siapa pun.
*Dari satu obrolan bersama Aisyah Odist di ruko display Rumah Kreatif LINSI di Sekomak desa Paok Motong Lombok Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H