“Baik bu.”
Percakapan tentang persiapan lebaran yang tak habis-habis. Rutinitas berulang, namun selalu masih ada ini itu yang terasa belum lengkap.
“Ah, untung tak lupa. Minta Muis keluarkan kursi dari gudang. Siapkan di teras timur. Di lemari taplak, ibu sudah beli beberapa pita pengikat. Tiga lusin sepertinya. Kombinasikan dengan pita tahun lalu. Hijau dan biru masih tetap cantik karena kain pembungkus kursinya warna putih gading.”
“Iya bu.”
“Pita dan bungkus kursi dicuci dulu. Pakai pewangi yang biasa. Oia, ibu sudah telpon agen pembersih kolam. Mungkin akan datang agak siang. Siapa tahu nanti ada anak-anak yang ingin berenang, kolam juga harus bersih.”
“Baik bu.”
Kemudian ibu sudah menghilang di balik pintu kamarnya. Meski terbuka, bahkan sampai hari ini aku belum ingin masuk ke kamar ibu. Tapi, aku pastikan di subuh hari kemenangan nanti, akulah yang akan memeluknya terlebih dahulu, persis di kejap pertama ibu terbangun dari tidurnya.
--Bersambung--
Rangkaian cerita sebelumnya: