Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inisiasi Bank Sampah Online, LINSI dan Aisyah Odist

11 Mei 2016   17:08 Diperbarui: 11 Mei 2016   17:21 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai kreasi koran bekas, produk BS-NTBM. Dokpri

"Sabar ya, inshaAllah ikhtiar kita telah berbayar berkali lipat dari kebahagiaan para ibu-ibu penganyam sampah plastik di desa Sekomak Lombok Timur. Kita hanya pengantar rezeki mereka."

Demikian kak Husni Hari berucap saat akhirnya kami yang basah kuyup kehujanan masuk di salah satu SPBU di sepanjang perjalanan kembali dari Ampenan ke Paok Motong, Lombok Timur. Berdua berboncengan sepeda motor, penuhi janji bertemu mbak Aisyah Odist, pegiat sampah juga pimpinan utama Bank Sampah NTB Mandiri (BS-NTBM). 

Mbak Aisyah Odist, BS-NTBM juga institusi wajib pajak.
Mbak Aisyah Odist, BS-NTBM juga institusi wajib pajak.
Membayar janji bertemu dengan mbak Aisyah yang baru saja kembali dari pameran produk di Darwin Australia, kami dari Rumah Kreatif LINSI sekaligus setorkan hasil anyaman anggota kami ke BS-NTBM. Per seratus bungkus plastik bekas yang dianyam menjadi 50 sudut, sebagian besar nantinya akan jadi bahan utama olah kreasi berikutnya. Berubah menjadi tas-tas cantik bernilai jual lebih tinggi daripada hanya terbuang dan memenuhi tempat sampah.

Olah kreasi dari koran bekas dan tisu, produk BS-NTBM. Dokpri
Olah kreasi dari koran bekas dan tisu, produk BS-NTBM. Dokpri
Berbagai tas cantik produk BS-RumahKreatif LINSI. Dokpri
Berbagai tas cantik produk BS-RumahKreatif LINSI. Dokpri
Berbagai kreasi koran bekas, produk BS-NTBM. Dokpri
Berbagai kreasi koran bekas, produk BS-NTBM. Dokpri
"Permisi, kalau sudah diskusi tentang sampah begini, saya memang selalu jadi cerewet. Mbak Nanik ndak masalah kan ya?" Sesekali, diskusi ramai saya dan mbak Aisyah disela kalimat ini. Senin pagi, dua hari lalu, kantor utama BS-NTBM memang sibuk menerima setoran limbah plastik yang sudah digunting atau hasil anyaman dari mitra bank sampah lainnya.

Sesekali pula, salah seorang karyawan mbak Aisyah memotret anggota yang datang. Pagi itu, seorang anggota yang sanggupi waktu luangnya hanya dengan membantu memotong limbah plastik berbagai kemasan minuman atau makanan instan beroleh pembayaran sebesar Rp 70.000. Di belakang mereka, saya pun meminta ijin memotret, bekal saya kembangkan Rumah Kreatif LINSI agar sama aktifnya dengan BS-NTBM.

Hampir dua jam kami bertiga diskusi, karena sebelumnya telah tuangkan satu mimpi besar saya bersama LINSI di sini, jujur saya kemukakan pada mbak Aisyah betapa saya belum temukan satu benang merah baru. Minimal nyawa dari mimpi baru yang bisa saya raih dengan bantuan arahan dari mbak Aisyah yang telah membawa produk-produknya pameran ke lintas negara, fokus luangkan waktu ajari beberapa binaan di kabupaten lainnya di Lombok pun berhasil ciptakan kesibukan rutin di kantornya meski harus ditinggal sekian lama saat pameran ke luar negeri.

Persis ketika bersiap di atas sadel motor demi sudah pamit, satu kalimat yang berulang tercetus terus selama diskusi menyambar otak saya. Ini mimpi selanjutnya yang harus diraih bersama, Bank Sampah Online!

Direspon senyum lebar nan hangat, mbak Aisyah berikan persetujuannya. Dus sejatinya ia pula yang cetuskan ide ini ketika saya sebutkan telah beberapa kali tuliskan tentang LINSI di Kompasiana. Lantas, langkah-langkah apa yang saya lakukan demi terlaksananya mimpi baru ini?

Pertama, konsisten sinergikan gerak serta kreatifitas bersama-sama dengan BS-NTBM. Saya cukup ngelotok di dunia sosmed (baca: online), di mana karena kesibukan offlinenya yang padat, mbak Aisyah sendiri lebih fokus jaga ritme rutinitas yang sudah dijalaninya selama ini. Lantas, kombinasi dua bekal serta pola kerja ini berujung [ada bentuk kegiatan seperti apa? Mengingat saya pribadi ada bekal pengetahuan Bahasa Inggris, pun berbekal ijin dari kak Husni Hari owner LINSI, kami siapkan program Kelas Bahasa Inggris offline dan online. Kelas offline difokuskan pada anggota-anggota LINSI yang sebagian besar ibu-ibu rumah tangga di desa Sekomak Lombok Timur. Pembekalan dasar agar jika akhirnya ruko display LINSI semakin ramai dikunjungi turis manca, siapa pun yang mungkin sedang berada di sana bisa ngobrol bersama. Kelas online sasarannya para pelajar atau peminat di mana peserta mendaftar dengan dapatkan satu produk LINSI. Usaha menjaga alur produksi terjaga karena hasil akhir produk tersalurkan ke berbagai program, tak hanya sebatas aktifitas penjualan biasa.

Ibu-ibu anggota BS-RumahKreatif LINSI. Dokpri
Ibu-ibu anggota BS-RumahKreatif LINSI. Dokpri
Skrinsot kultwit, promo Kelas Online Bahasa Inggris BS-RumahKreatif LINSI. Dokpri
Skrinsot kultwit, promo Kelas Online Bahasa Inggris BS-RumahKreatif LINSI. Dokpri
Kedua, membuka diri dengan perluas batasan kreasi. Seperti apa? Mbak Aisyah telah bergelut di BS-NTBM selama lima tahun terakhir. Backgroundnya yang goweser (sssstt, pernah menangi Event Challenge di Bukit Cacing lo. Satu spot goweser ekstrem di Lombok), pengusaha, pengajar anak-anak jalanan tak disangkanya menyublim ketika akhirnya tergabung di eksekutif BS-NTBM. Konsisten ajarkan kompleksitas sistem olah sampah pun kreasikannya jadi produk-produk pada anak-anak. Kombinasi pengalaman plus aktifitas keseharian selama di BS-NTBM begitu menginspirasinya sampai pun demi lebih tertariknya anak-anak pada materi yang diajarkannya, ia ciptakan satu lagu. Pengantar di setiap sesi mengajarnya.

Sekilas saya goda kak Husni. Berpuluh tahun lalu, beliau sendiri salah seorang vokalis band sekolah lho. Di titik ini, saya mulai sepakat dengan ujar-ujar, jika kita miliki mimpi yang baik, semesta akan mendukung dengan caranya sendiri. Inilah kami, akhirnya bertemu mbak Aisyah, sepakati mimpi pegang teguh visi Gerakan Cegah Sampah dengan ubah dogma umum, bahwa Bank Sampah hanya nama lain dari, maaf, pemulung. Kumpulkan sampah, menimbangnya, kelompokkan, jual ke pengepul lebih besar lainnya. Nyatanya, sebagian besar ibu-ibu di sekitar kantor BS-NTBM telah memiliki penghasilan dari berbagai kegiatan yang mereka sanggupi. Menganyam potongan plastik atau sekedar memotong pinggiran agar siap menjadi plastik siap anyam. Anggota LINSI belum sebanyak anggota BS-NTBM. Kami di lepel manajemen rutin harian bahkan tak terbayang bisa ciptakan satu lagu seperti lagu mbak Aisyah. Tapi kami punya semangat besar. Gelontorkan program-program baru, terdekat, kelas Bahasa Inggris offline dan online.

Ketiga, selaraskan mind-set. Pola pikir. Bank Sampah tak sebatas kelola sampah dengan sederhana. Bank Sampah bisa jauh lebih kompleks. Bank Sampah bisa memiliki sistem yang bisa cepat dipelajari pegiat sampah lainnya, baru pun lama, untuk seterusnya di estafetkan. Seperti sampah yang tak berhenti diproduksi, sistem terus bergulir. Belum hari ini, akan terwujud satu hari nanti.

Tak saya pungkiri, sering tak mampu bayangkan betapa nyamannya kehidupan ketika sampah-sampah di sekeliling kita --terutama plastik, jarang terlihat karena sudah terbangunnya sistem serta pola hidup masyarakat kebanyakan. Bahwa akan ada satu hari, ketika sebagian besar sampah plastik yang diproduksi manusia bisa di re-cycle. Bahwa bahkan satu bungkus plastik mini bekas permen, benar, tak pernah sampai di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Bahwa bank sampah mana pun, termasuk LINSI, tak semata bergantung pada hasil penjualan produk. Namun kesediaan teruskan estafet pengetahuan, banyak sekali langkah kreasi yang bisa dilakukan demi mengolah sampah. Seribu satu jenis sampah, pada akhirnya hanya dilabeli sampah saja. Tetapi, seribu satu pegiat sampah miliki sekian milyar impuls syaraf yang nisbikan kemungkinan daya kreasi mengolah sampah ke produk-produk terbarukan. Menjaga sampah itu sendiri untuk terus menerus di re-cycle dan tak pernah sampai di TPA.

Apa yang kami harapkan dari Bank Sampah Online ini?

Tak muluk-muluk, pun bisa mudah ditemukan di tiga langkah awal di atas. Salah satunya, perluas jejaring yang siap gunakan sistem yang jaga kontinuitas setiap pegiat sampah. Baik personal, swadaya di lingkungan tertentu, terutama di bank-bank sampah. Tak sebatas seperti BS-NTBM dan LINSI, juga bank sampah lainnya yang bersama pun terpisah menjadi binaan dinas-dinas terkait dari pemerintah. BS-NTBM menjaga komitmen S3 - Sistem Sehari Selesai, untuk sebanyak mungkin olah kreasi para anggotanya atau bank sampah mitra yang tergabung di jejaringnya. Berikutnya, bersama-sama sinergikan semangat dan tak enggan berbagi mimpi pun kreasi. Kelas-kelas online pun tutorial tak melulu berbekal tiket puluhan ribu atau ratusan ribu rupiah. Peserta bisa memilih gunakan sampah atau anyaman sebagai tanda kepesertaan. Kemitraan dengan NGO atau LSM luar hanya akan menunggu waktu, bonus. Gimmic pelengkap. Bagus jika teraih dan berefek optimal, tetap konsisten terapkan serta jalankan misi karena nyawanya adalah peduli plus sayangi bumi. Terlalu stereotype? Sebutan dan sisi lain dari keping misi gerakan cegah sampah. Pernyataan dan ujian tak terhindarkan, bahkan, bagi semua pemimpi.

Kembali mengutip satu kalimat besar Proklamator Indonesia, almarhum Ir Soekarno, 'Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau terjatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang'.

Bismillah, aamiin.

Selong-11 Mei.

'Ambil sampah kecilmu

Buang di tempat itu

Pilah sampah kecilmu

Jangan jadi sampah dunia ' (Satu Bait dari Lagu 'Senyum Untuk Negri'-Aisyah Odist)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun