“Ayah, ini beda. Ini gudeg Yu Djum. Bukan masakan bunda dan Bi Ratmi. Iya kan bun?”
“Iya, maaf ya ayah, Manna, Salwaa dan Fairuz. Dua malam terpaksa pakai lauk gudeg. Tapi spesial malam ini, ada krecek sedap dan sate pusut Lombok. Yang paling special, es serut lima buah segar a la bunda yang disiapkan dengan penuh sayang dan cinta.”
Cepat edarkan piring, kalimat protes berikutnya teredam dengan mulut yang sibuk dan kemudian berujung para perut yang kenyang.
--Bersambung--
*Selong 15 April
Rangkaian cerita sebelumnya:ALUY - Bab 1: KEPERGIAN.
#21 | #22 |#23 | #24 | #25| #26
Olah diksi ini meramaikan Event Tantangan 100 Hari Menulis Novel Fiksiana Community Kompasiana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI