Ketika resign menjadi pekerja di dua tahun lalu, saya memantapkan hati semakin fokus menekuni dunia kepenulisan. Langkah pertama, menjadikan (hampir) semua akun sosmed saya sebagai penyimpan abadi jejak aktivitas menulis, atau informasi-informasi terkait dunia kepenulisan. Setiap melangkah ke luar rumah dengan alasan apa pun, berbekal dua atau salah satu gadget dengan hasil foto di awal tulisan ini, saya niatkan untuk selalu alert (waspada). Bersiap selalu  mengabadikan momen-momen di luar sana yang berpotensi menjadi pendukung tulisan-tulisan saya. Entah itu fiksi, pun reportase perjalanan wisata.Â
Di jaman serba digital ini, semakin banyak portal-portal online dengan konten yang juga semakin variatif. Beberapa di antaranya bahkan menjadi viral. Sebarkan apa pun kandungan konten tersebut, massif, luas dan seketika. Salah satu contohnya, efek viral foto selfie di kebun bunga Amaryllis di Jogja beberapa waktu lalu. Tak selalu berefek negatif, efek positif kandungan konten merupakan tujuan utama dari setiap content maker.
Dasar ini lah yang saya pegang teguh saat mengulas apa pun di tulisan-tulisan saya.Â
Jadi, sewaktu-waktu ada tawaran menjadi kontributor, saya sudah memiliki galeri foto yang bervariatif. Bahkan ketika mendapat tawaran kontrak sebagai kontributor web travel berbasis Lombok, empat judul tulisan per bulan menjadi mudah saya tunaikan. Koleksi foto hasil bidikan dua gadget saya di atas telah mencakup banyak spot wisata Lombok yang tersebar di tiga kabupaten. Barat, Tengah dan Timur.Â
[caption caption="DokPri: Skrinsot dua tulisan terakhir saya sebagai kontributor web travel."]
Saya percaya, saya belum mencapai raihan tertinggi dari dunia menulis. Namun, seperti halnya belajar, saya juga meyakini menulis tak linier dengan usia yang menua. Kapasitas saya saat ini masih belum mumpuni sebagai pemateri content writer di wrokshop-workshop menulis. Masih sebagai peserta worshop. Tak masalah.
Itu pula sebabnya ketika sekitar empat atau lima hari lalu, komunitas Lombok blogger --yang berkumpul karena sebagai sesama kontributor web travel seperti skrinsot foto saya di atas, mengabarkan apakah ada yang bersedia menjadi peserta workshop 'Bagaimana Menulis Konten Viral', saya reaktif sangat menyatakan ikut. Syukurlah, suami mendukung.Â
[caption caption="DokPri: Logo Workshop Menulis, Viral di akun saya dan kawan-kawan blogger Lombok."]
Kepesertaan yang gratis meyakinkan dua kawan saya sebagai inisiator kegiatan, dengan koordinasi melalui grup chat WA, tak menyurutkan kami (mereka di Mataram, saya di Selong Lombok Timur) dengan skedul sounding yang mepet. Sepekan minus H Day.Â
Kegiatan-kegiatan positif seperti workshop menulis di atas, saya percayai, hanya satu di banyak jenis kegiatan positif lainnya di dunia online. Masih di sepekan terakhir, siswa dari almamater sekolah menengah atas saya, sebarkan permintaan dukungan baginya untuk thriller video siswa. Ia seorang penulis muda dan dipercaya menjadi penulis skenario dari keseluruhan film di maksud. Rumahnya hanya terpisah 7 rumah dari yang saya tinggali. Namun, dunia online memungkinkan saya tak beranjak seinci pun, kecuali luangkan waktu sekian menit di depan PC berkoneksi stabil. Sekian kali klik, tak sebatas mendukung, saya bisa membantunya menyebarkan permintaan dukungan tersebut ke jejaring saya. Viral yang --kembali, massif, luas dan seketika.
Akhirnya, efek positif yang saya harapkan tersampaikan dari ulasan sederhana saya ini, semoga mewujud. Bahwa, siapa pun kita, memiliki andil besar menyebarkan nilai-nilai kebaikan melalui aktivitas online kita (akun-akun sosmed). Pilihan konten telah sangat beragam. Pilihan berikutnya, entah memuat konten positif atau negatif, ada di ujung jejari kita. Harapan saya kemudian, konten-konten positif bisa melebihi yang negatif, menjadi viral ke sebanyak mungkin lapisan masyarakat. Umur tak lagi menjadi sekat. Sejatinya dunia kita (memang) telah pula nir sekat.