Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[HUTRTC] Ibumu, Ibumu, Ibumu

22 Maret 2016   16:25 Diperbarui: 22 Maret 2016   16:37 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="DokPri: Pelukan Bersama Para Buah Cinta di fajar Pantai Cipta Semarang."][/caption]

Minggu keempat, Puisi Terinspirasi Film.

1.

Buat saya, mereka semua anak-anak saya.

Demi mereka, sebelum maghrib saya bersegera berlindung di rumah.

Atas kebahagiaan mereka, tak ada alasan saya di luar rumah saat bumi berselimut malam.

Terserah orang mau percaya atau tidak, karena cinta anak-anak, saya memilih menjanda. Selamanya.

Kisah seorang janda, uraikan cinta dan hidup, bagi dua anaknya dan dua anak dari istri pertama suaminya.

Suami yang melabelinya, janda ditinggal mati.

2.

Apalah keinginan seorang ibu, semata kebahagiaan tertinggi bagi anak-anaknya.

Jika pun saya lah yang lebih beruntung, beroleh rezeki di usia senja begini.

Adalah juga rezeki terbaik bagi anak-anak saya.

Terserah ujar-ujar orang, 'putrinya yang bersuami pun juga telah beranak, bergantung rezeki pada ibunya yang janda'. 

Saya sama manusianya dengan mereka.

Ikhtiarkan rezeki bagi orang-orang tercinta.

3.

Aku tak pernah mengerti kesabaran mama.

Berpindah cinta ke banyak lelaki, namun selalu memilih tinggal di sekitar kampung papa almarhum.

Sejuta kali aku yakinkan cintanya selama ini telah lebih dari cukup.

Tak perlulah tunggui semeter dua tanah warisan papa almarhum.

Aku lelaki, berjuang demi cukupkan warisanku.

Seorang mama dan papa bagi anak-anakku, sejak lahir sampai pun berujung ajal.

4.

Siapa pun kita, tak bisa memilih dari rahim perempuan mana kita terlahir.

Tak pandai menduga, warna apa yang kan terpilih tutupi putih lembar pertama hidup kita.

Tidak seorang Sybil bipolar sekian belas jiwa, atau seorang Billy Milligan. 

Aku memilih percaya, sekian milyar perempuan lainnya, adalah ibu pemilik rahim yang cintai anak-anak mereka.

Cinta tak bersyarat. Cinta tak bersekat.

5.

Ibumu, ibumu, ibumu.

Kekasih Tuhan, manusia terbaik di belantara benda langit bernama Bumi.

Peringatkan untuk tunduk perintah Ibu.

Ketika Ibu berikan cinta, cintamu yang ingin sama tak bersyarat tak bersekat, tak lagi sempurna buat Ibu. 

Ketika Ibu tak mampu redam amarah, sabarmu tak pernah cukup balasi ikhlas nyawa Ibu yang sanggup tertukar saat lahirkanmu.

 

*Selong 22 Maret

Terinspirasi Film 'Mama'.

[caption caption="HUT Perdana RTC"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun