[caption caption="DokPri: Keluarga - Doodle Art Kreasi Putri Sulung Saya."][/caption]
Tak ada siluet Rinjani. Abu-abu sempurna hiasi langit. Sedikit biru siluet bebukitan di ujung pandang redam kecewaku. Tadinya kukira, kembali pandangi lama siluet Rinjani temani anganku. Lenyap dari dunia nyata.
“Maafkan aku tak mampu sibak abu-abu langit untukmu..”
Suara berat Hendro. Aku tak menyadari ia di sampingku. Entah sejak kapan.
“Seharusnya kau tak memaksa mengantarku kembali begini. Kita tak tahu respon keluargaku seperti apa,” keluh yang kental.
“Aku harus Rein. Keberanianmu datang ke kotaku memastikan hubungan kita, bagiku adalah pertanda. Kau perempuan terakhirku. Kita berjodoh.”
“Terserahlah..
Berbilang hari lalu, aku masih menghirup udara Solo. Kota priyayi. Sejak pertama berbincang dengan orang Solo pertama yang kukenal, alun suara halus telah memikatku. Serupa lantunan oktaf berlagu para pengucap bahasa Inggris dari negeri Ratu Victoria. Dan ketika bertemu Hendro, sepakat memikat diri dalam cinta, aku tahu aku tak lagi bisa beranjak.
Sebulan selepas tembung, Hendro terpaksa kembali ke Solo. Perusahaan ayahnya membutuhkannya, meski itu berarti rencana pernikahan mundur tak jelas. Pun sebulan selepas terpisah, aku yang tak sanggup LDR, menyusulnya. Aku meminta berpisah. Tanpa syarat. Nyatanya Hendro memaksa mengantarku pulang. Ambil risiko alpa dari kantor. Memaksa antarkanku dengan kijang kapsul, harta satu-satunya yang tak berlabel ‘milik orangtua’. Keras hatinya memutuskan, kami berjodoh.
*Selong 19 Maret
Glossary:
Tembung : Salah satu prosesi Tata Cara Melamar Wanita menurut Adat Jawa.
FF200 kata, memeriahkan Belajar Bareng Alur Mundur Bersama Fiksiana Community di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H