Mohon tunggu...
Aisyah Asafid Abd
Aisyah Asafid Abd Mohon Tunggu... -

Writer dan teacher, jatuh cinta bahasa Indonesia dan baca koran, suka akting Reza Rahardian. tulisannya dimuat di aisyahabdullahjournal.blogspot.com dan cerpeninspiratifindonesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bagian Terkecil dari Sebuah Keikhlasan

20 Januari 2012   03:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika tak sepaham,keangkuhan mendekapku

Jika tak sebanding, protes menuntunku

kenapa aku mengindahkan atas diriku ya Rabb..

kenapa kau biarkan sikap syatan mengelabui hatiku..




setelahnya aku akan terselimuti perasaan yang takut..

dibumbui malu karna tak sepantasnya aku menyombongkan diri

karna,apa yang pantas aku sombongkan..?

bumi yang kupijak saja dimata-Mu, sebesar biji sawi..

aku akan menangis karna Engkau menyanyangiku,dengan mencemburuiku,membolak-balikan hatiku..

meski ku ingat, mulutku akan mengucap istigfar…

kerap ini kubuat pelajaran untuk perjalanan panjangku…

ya Allah..

kini aku sudah berusia 21tahun..

dimana sebelum datang aku menangis

karna betapa beratnya cobaan hidup didunia

meski aku tak tahu engkau merizkikan usiaku sampai ke berapa tahun

perjalanan panjangku sudah melebihi setengahnya atau belum,sisa usiaku itu rahasia-Mu

meski begitu itu menjadi urusanku, bagaimana aku memanfaatkan untuk memperbaiki diri, bermanfaat untuk orang-orang disekelilingku..

orangtuaku, adik-adikku, sahabatku, dan orang-orang  yang ditakdirkan bertemu dengan hamba-Mu…

ya Allah…

Ini sebuah kesempatan, bagaimana aku bisa tersenyum karna bahagia

bagaimana kita menangis karna sedih..

tapi bagaimana ini bisa terjadi?

sebuah bahagia dan tangis itu cuma penghiburan…

tidak berarti apa-apa..

bisa dikatakan sebuah kebahagianku karna keegoisan

dan sebuah kesedihanku hanyalah tindakan mengeluh…

meski begitu aku akan berfikir, keluar dari garisku..

melihat garis yang lain, yang lebih rumit dan bengkok..

lalu aku menangis karna bersyukur karna garis yang Allah tetapkan adalah yang terbaik..

jika aku melihat garis yang lain, namun aku tidak memahami..

begitu keraskah hatiku?

bisa aku pahami semua hal ini…

lalu membuat kesepakatan, antara dua hati, lalu saling terkait dengan hati yang lain…

bahwa aku tidak hidup sendirian, mengorbankan waktu untuk orang yang tersayang…atau,

membebaskan waktu orang tersayang karna urusan dan kesibukannya..

bisakah aku melakukan semua ini karna Allah

tidak berharap mereka membalasnya, atas apa yang tlah diperbuat…

Apakah itu semua bisa dikatakan  sebuah keikhlasan..

ah tidak ,kalimat ini terlalu sederhana untuk menggambarkan keikhlasan..

tapi bisa dikatakan bagian terkecil dari sebuah keikhlasan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun