Aku hanya tertegun,sambil berbisik dalam hati,ya... Rasulullah, tidak kah engkau ijinkan manusia pendosa ini masuk di taman syurga mu? Jika pembatas ini masih dianggap sebagai bagian taman syurga mu, biarlah aku di sini. Aku malu mendekat ditempat mu yang mulia, sementara aku adalah pendosa.
Tiba-tiba sepasang tangan lembut menggandengku. Seakan mengajak dan memintaku bergeser tempat.
Aku dibimbing nya,menuju karpet yang telah menjadi rebutan banyak jamaah. Aku terpaku seakan tak percaya bahwa Rasulullah menjawab salamku dan memintaku untuk mendekat.
Dalam sujud aku memohon pada Allah agar dia berkenan mengampuni dosa-dosa ku, dosa kedua orang tuaku, dosa seluruh keluarga ku dan dosa semua guru-guru ku.
Dalam sujud,aku juga memohon agar yang maha tunggal berkenan mengundang ku dan semua keluarga ku untuk menjadi tamu di bait nya kembali.
Tak terasa airmata berlinang membasahi sajadah panjang ku. Kubiarkan aku larut dalam rindu yang dahsyat, kubiarkan jiwaku bersatu dengan ruh Baginda. Sampai pada akhirnya, suara polisi perempuan itu, menyadarkan aku, bahwa masih banyak jamaah yang antri dibelakang ku.
Salam ta'dhim teruntuk baginda. Salam rindu dan cinta yang tiada tara. Semoga Allah berkenan memberikan kesempatan kepada ku untuk kembali lagi ke tempat yang mulia ini.Â
Madinah, 18 Agustus 2024
Musiroh MukiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H