Seorang teman bertanya ketika kita semua sedang berjalan di trotoar Siola.Â
Entah dari mana pikiran nya timbul, tiba-tiba dia berbisik. "Lihat! Ada pengumuman lomba bermain permainan Tradisional bagi manula."
Sejenak aku menoleh kearah yang ditunjukkan. "Menarik juga ya....?" Jawabku.
Pengumuman tertulis terpampang disudut gang kecil diantara tembok bangunan peninggalan Belanda di daerah Siola.
Aku pun berhenti sejenak, untuk membaca tuntas pengumuman itu. Ada engklek, gobak sodor,Ketepel, kelereng, layangan pendek dan patelele. "Hmmm....semua permainan menarik di jaman itu" begitu gumamku.Â
Permainan Tradisional memang memiliki makna tersendiri bagi para pemain nya. Misal; tuntutan tanggung jawab, fokus, tidak boleh menang sendiri atau egois, berani menunjukkan sportifitas, dan mengakui keunggulan yang lain.
"Saat ini semua punah. Anak-anak tak lagi mengenal permainan tradisional yang penuh dengan filosofi itu. Semua sudah berubah, semua sudah tergantikan oleh mesin canggih, Semua tak lagi butuh orang lain." Begitu kata Andi menggerutu.
Aku cuma diam, tak ada komentar yang berarti. Sebab yang disampaikan Andi, benar adanya.Â
Gadget mampu memutus perhatian orang tua kepada anak, gadget bisa memporak porandakan tatanan kehidupan. Gadget juga mampu membuat anak tak lagi peduli terhadap orang lain.Â
Setiap hari, anak disuguhi dengan permainan menarik dari sejumlah situs yang kadang berbahaya untuk mereka. Baik dari kesehatan mental, kegigihan untuk belajar, keseriusan menjaga kesucian etika ketimuran, dll.