Airmata ku terasa semakin habis, bila mengingat terakhir kalinya SI EMPUS pulang ke rumah.
Bagaimana tidak, tiba-tiba aku dengar ia telah mati terlindas mobil tetangga ku sendiri.Â
Sementara aku sudah berkali-kali bertanya, kalau ada yang melihat SI EMPUS.
Hampir 2 bulan berita kematian nya baru kudapatkan. Itupun bukan dari pengakuan penabrak atau keluarga nya, melainkan dari tetangga depan rumah ku.
Sesak dada ini, ada marah, benci dan entah apalagi. Aku ingin melabrak atas ketidak jujurannya. Tapi untuk apa ? Toh jika aku butuh bantuan, bukan kepada saudaraku yang jauh, melainkan kepadanya juga dan tetangga kanan kiri, depan belakang.
Aku cuma merasa sedih, kenapa dia tidak memberitahuku saat itu. Dengan berkata secara jujur, agar aku tak berharap SI EMPUS pulang.Â
Tiap hari aku merasa dia berada di sampingku, memandangku dengan manja, sambil me ngeong didekat kakiku.
Aku juga kadang melihat dalam halusinasi bahwa dia kesakitan saat ban mobil itu melindasnya.Â
Empusss.... malang nian nasibmu nak.Â
Seandainya engkau hidup, tentu mereka tidak tinggal berdua. Pasti kamu ada diantaranya. Â Apakah kamu juga merasakan kebahagiaan kedua saudara mu ?
Si putih hitam, sudah punya anak tiga. Mereka lucu-lucu seperti mu. Jika kamu ada, pasti kamu bahagia bisa bergelut manja.
Si Oyen belum punya pasangan. Dia tidak terlalu berani keluar. Tiap keluar, oyen Jawa itu, selalu mengejar dan bertengkar. Ia pikir oyen merebut pacarnya.Â
Empusss... Aku kangen... Kangen sekali... Aku cuma bisa memandang foto mu. Foto-foto yang lucu yang menggemaskan.Â
Kamu tahu... ? Airmata emmak mengalir deras, tak tahan menahan rindu padamu.
Datanglah dalam mimpi emmak, sekali... Saja. Agar kerinduan emmak, bisa terobati.
Sambi Bulu, 14 Juli 2024
Musiroh MukiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H