Mohon tunggu...
Musiroh Talib
Musiroh Talib Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di kota Surabaya. Aktivis organisai keagamaan, penulis lepas. alumni PPWS Jombang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Emakku, Inspirasiku

6 Juli 2024   20:44 Diperbarui: 6 Juli 2024   20:45 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa 20 tahun sudah berlalu dari kematian almarhumah emmak. Hari ini, Sabtu 30 dzul Hijjah atau malam 1 syuro (Muharram 1446) adalah malam yang begitu penuh cerita duka.

Saat itu, jamaah maghrib belum usai. Emmakku menghadapi sakaratul maut. Persis seperti malam ini. Sabtu malam Ahad 1 syuro.

Perempuan yang pernah melahirkan aku, pergi untuk selamanya dalam usia 72 tahun. Selisih 20 tahun dari kematian ayah. 

Dia bukan siapa-siapa bagi sejumlah saudaranya. Dia hanya perempuan miskin, istri dari lelaki yang tak mampu memberinya banyak harta. 

Sepanjang hidupnya, dia perempuan pekerja keras, berpikir cerdas dan mandiri. 

Prinsip hidupnya tak ingin menjadi benalu bagi laki-laki walau ia suaminya. 

Sikap ini menjadi bahan ajar utama bagi kedua putra putri nya. Dia hanya ingin berkata; bahwa kemesraan dalam bersaudara, hanya bisa di dapat saat masih kecil. Setelah dewasa, hidup sendiri - sendiri.

Walau air mata nya banyak terkuras dan selalu menahan lapar, tetapi tak ada keinginan untuk menadahkan tangan kepada ke 6 saudara yang dia punya. 

Dia punya harga diri yang harus dijunjung tinggi. Dia punya kehormatan yang selalu dipertahankan. Dia pun selalu ingin mewujudkan cita-cita putrinya untuk menjadi seorang sarjana.

Malam itu, 20 tahun yang lalu. Dia pergi tanpa permisi. Hanya ada senyum bahagia, senyum keikhlasan, senyum penuh harapan.

Dalam dekapan akhirnya, dia seperti bicara: hati-hati anakku.kehidupan itu laksana sebuah hutan. Banyak binatang buas yang kadang harus menjadi teman dan musuh yang siap menerkam.

Jangan pernah percaya kepada siapapun, sebab kepercayaan mu akan disalah gunakan. Kesetiaan mu akan berbuah kepedihan jika kamu tak waspada atas apa yang ada.

Selalu bersandar lah kepada yang maha esa, sebab dialah satu-satunya yang selalu mampu memberi mu kebahagiaan dan kedamaian.

Aku pandangi tubuh kaku itu, aku peluk dia erat-erat. Aku bisikkan kata di telinganya : Mak... Secara jasad kita berpisah, tetapi ruh takkan bisa terpisah. Aku yakin, tiap detik ruh ku akan selalu bersama ruh mu. 

Disana engkau bahagia, disini,di alam fana ini, aku pasti bahagia manakala aku mengingat mu, perjuangan mu, dedikasi mu, pengorbanan mu untuk ku. 

Aku akan selalu berterima kasih, karena pernah lahir dari rahim seorang ibu yang mulia. Fatihah adalah penghubung kita. Fatihah adalah alat komunikasi kita. Fatihah akan selalu bergema disetiap dinding maqbarah mu.

Biarkan hati dan lidah ini berturut- turut mengumandangkan Fatihah untuk mu, agar aku bisa selalu membersamai mu.

Sambi Bulu, 6 Juli 2024

Musiroh Muki 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun