Mohon tunggu...
musiroh muki
musiroh muki Mohon Tunggu... Guru - Guru

Terlahir di kota Surabaya 60 th yang lalu. Menghabiskan masa remaja di pesantren putri wali songo asuhan Mbah yai Adlan Aly, dan melanjutkan ke IAIN sampai pada program sarjana di tahun '82-'86. Aktif sbg penulis lepas, sejak awal periode Covid 2019. Alhamdulillah menghasilkan 14 buku antologi puisi, cerpen dan flash fiction bersama teman2 se Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Langit Kelam Tanpa Hujan

18 November 2023   08:55 Diperbarui: 18 November 2023   12:18 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

60 tahun yang lalu, tepatnya di tanggal 18 bulan Nopember tahun 1963. Seorang ibu muda melahirkan putrinya tanpa suami yang mendampingi. Dia adalah ibuku.   

Tanpa rasa sakit yang berarti, bayi kecil itu lahir ke dunia dengan tangisan yang nyaring, melengking menembus bibir langit kelam. 

Tak ada gundah, resah, nestapa dan nelangsa... baginya semua lelakon hidup adalah suratan yang tertulis di lauhil mahfud. 

Hidup dalam kesendirian dan penuh tekanan adalan nyanyian lama yang tak pernah membuatnya bosan. 

Bait demi bait dari syair kehidupan dia teguk dalam nafas keikhlasan. Dia memang perempuan hebat.... 

Sebaris kata-kata menjelma dalam kalimat indah, selalu menjadi dzikir rutin pagi dan sore. 

Dia tidak pernah mengeluh walau hatinya rapuh.

Dia tidak pernah menangis, walau tubuhnya terkikis. Tinggal tulang terbungkus kulit.

Dia tak pernah bercerita tentang duka panjangnya, kepada siapapun, bahkan pada ibunya sendiri.

Semua terbungkus rapi dalam diary hati. Dia memang perempuan hebat. 

Seberat dan sebesar apapun duka yang melingkupi, selalu menjadi sebuah lagu syukur yang sarat dengan arti.

Di langit kelam tanpa hujan, dia pun masih sendiri. Tanpa orang-orang dekat yang mendampingi.

Lengkingan tangisan bayi itu, menambah sederet luka berbalut suka, penuh tipu daya.

Tak ada hujan air mata yang menandai luka hatinya. Karena senyum bahagia menjadi lukisan syukurnya.

Surabaya, 18 Nopember 2023

Musiroh Muki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun