3 Tahun lalu ketika saya ditelp oleh Danyontar (Komandan Batalyon Taruna) tingkat 2 saat Itu AKBP Fajar Dani Susanto, S.I.K., M.H yang sekarang menjabat sebagai Kapolres Luwu, saya merasa agak bingung.
Beliau dengan santun meminta saya untuk melatih keroncong taruna tk II Batalton RAD (Reksa Aksatriya Daksa). Saya pastikan sekali lagi, apakah benar taruna mau dilatih keroncong?Â
Beliau mengatakan sekali lagi: "Yakin". Dengan semangat 45 saya menuju resimen Taruna dan disana sudah menanti 12 orang taruna dan taruni yang memegang alat masing-masing.Â
Bagi saya, ini tantangan tersendiri. Untung saja dulu maestro kerocong Semarang Almarhum Bapak Kelly Puspito sudah mengajarkan saya selama satu semester mata kuliah keroncong.Â
Sesampai di resimen, para taruna tim keroncong sudah siap memainkan lagu yang sudah dilatih terlebih dahulu oleh pelatih senior dari ambarawa dengan lagu keroncong asli, dengan lagu bahana pancasila, dan ada lagu lainnya.Â
Dari cara mereka bermain, saya melihat anak-anak muda yang bersemangat melestarikan Budaya asli Indonesia. Taruna bisa bermain contra bass, cello, flute, ukulele sangatlah menarik bagi saya. Dalam hati saya, inilah saatnya Budaya Indonesia harus mulai berjaya kembali di kalangan anak muda.Â
Hari-hari berikutnya secara rutin saya mulai mengaransemen dan melatih mereka. Dari 2 lagu menjadi belasan lagu, dari lagu keroncong asli, lagu pop yang dimainkan dengan alat musik keroncong, lagu barat, lagu campursari, lagu iwan fals dan sebagainya.Â
Kami layaknya keluarga kecil, sebelum berlatih selalu diawali obrolan kecil dan ringan yang selalu membuat saya tertawa geli. KAdang saya berpikir, calon-calon perwira ini masih mau melestarikan Budaya Indonesia, betapa bersyukur saya sebagai seniman mempunyai mereka.Â
Melatih taruna tentu berbeda dengan melatih siswa sekolah SMM atau sekolah menengah musik. Diperlukan kesabaran ekstra, baris demi baris, birama demi birama, nada demi nada, harus dilatihkan dengan cermat dan satu per satu alat musik.Â
Semangat mereka selalu membuat saya tidak lelah. Latar belakang budaya mereka yang berasal dari seluruh Indonesia membuat saya harus bisa menyesuaikan dan mempelajari karakter masing-masing.Â
Sampai tiba saatnya mereka tampil di berbagai event, acara yang dihadiri Kapolri, Menteri, DPR, Kalemdiklat, bahkan sempat tampil di UGM dalam acara niti laku. Peran Danyontar, Danmentarsis, pengasuh dan Gubernur serta para pejabat sangat besar dalam mendukung mereka.Â
Sekarang saatnya mereka harus meninggalkan Akademi Kepolisian untuk bertugas di kesatuan masing-masing dan tim keroncong telah diturunkan kepada yuniornya.Â
Selamat Bertugas Tim Keroncong RAD 52. Semoga kebersamaan selama 3 tahun membawa kenangan kecil saat menjadi taruna. Sekarang saatnya menjaga Negeri. Â Sampai jumpa lagi para kesatria RAD.Â
Bagi pembaca yang ingin melihat penampilan mereka silahkan klik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H