Mohon tunggu...
Humaniora

Mendikbud: Sumber Daya Budaya Seolah Terlupakan

18 Mei 2017   23:03 Diperbarui: 19 Mei 2017   07:30 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikbud Muhadjir Effendy memberikan arahan kepada peserta Pertemuan Nasional Museum 2017 di Yogyakarta, 18 Mei 2017. (Foto: Lulu Istianah, KPBMI)

Selama ini kita hanya mengenal Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Padahal sebenarnya ada satu lagi, yaitu Sumber Daya Budaya (SDB). “Sumber Daya Budaya inilah yang sering diabaikan, seolah hanya ada Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia,” demikian dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, ketika memberikan arahan pada Pertemuan Nasional Museum 2017 yang diadakan di Yogyakarta, 18 Mei 2017.

Berbicara di depan sekitar 400 peserta yang terdiri dari perwakilan museum se-Indonesia, kepala dinas kebudayaan, akademisi, pemerhati, dan pencinta museum, Mendikbud yang berbicara tepat pada tanggal 18 Mei yang merupakan tanggal peringatan Hari Museum Internasional, mengatakan bahwa SDB tak kalah penting untuk membangun karakter bangsa. Dua hal dari SDB yang sangat penting dalam membangun pendidikan di Indonesia adalah museum dan perpustakaan.

Kalau SDA dan SDM bisa dikatakan bahan mentah, maka SDB sebenarnya adalah bahan setengah jadi yang siap digunakan. Tanpa ada SDB, kita tidak mungkin membangun peradaban yang merupakan suatu proses yang panjang, kata Mendikbud lagi.

Di bagian lain, Muhadjir Effendy mengatakan pula bahwa kalau kementeriannya bernama Pendidikan dan Kebudayaan, maka sebetulnya yang benar adalah Kebudayaan dan Pendidikan. “Kebudayaan adalah superordinat terhadap pendidikan,” tutur Mendikbud.

Menteri juga menyinggung mengenai penambahan waktu belajar di sekolah menjadi 8 jam. Menurutnya ini tidak untuk menambah mata pelajaran, tetapi untuk membuat sekolah mendorong siswa menjadi lebih aktif. Kalau selama ini belajar hanya di dalam kelas, maka dengan penambahan jam pelajaran itu, siswa dapat juga belajar di luar kelas.

“Salah satu tempat untuk belajar di luar kelas adalah di museum, karena sumber belajar memang tersedia di museum,” kata Mendikbud, yang dalam arahannya juga mengharapkan agar museum dapat membantu pendidikan karakter bagi para siswa.

Di tingkat SD pendidikan karakter sedikitnya 70 persen, sedangkan di tingkat SMP paling kurang 60 persen. Museum dapat menjadi tempat untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang mengarah kepada pendidikan karakter. Pentingnya pendidikan karakter menurut Mendikbud, “Tidak ada satu pun negara maju yang tidak menempatkan pendidikan karakter dalam pendidikan dasar di sekolah-sekolah”.

Untuk itulah, Mendikbud mengharapkan agar para pengelola museum dapat proaktif dalam membantu pendidikan karakter tersebut. “Indonesia sudah ditakdirkan ber-bhinneka, dan museum harus menjadi penanda keberagaman,” ujar Mendikbud.

Kehadiran Muhadjir Effendy dalam Pertemuan Nasional Museum tersebut adalah kehadiran Mendikbud yang pertama sejak acara itu diselenggarakan sekitar 10 tahun lalu. Kehadiran itu juga menunjukkan perhatian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang lebih besar terhadap perkembangan permuseuman di Indonesia yang saat ini telah berjumlah 435 museum, baik milik pemerintah maupun swasta. Selanjutnya telah ditetapkan, Pertemuan Nasional Museum 2018 akan diadakan di Provinsi Aceh pada Mei 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun