Mohon tunggu...
musdalifah
musdalifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mengemukakan opini melalui sudut pandang Islam

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Drama Jelang Pemilu

22 November 2023   08:33 Diperbarui: 22 November 2023   08:43 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang pemilu konflik  pun berdatangan. Sebagaimana yang terjadi pada dua kelompok di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah pada Ahad (15-10-2023). Kerusuhan tersebut melibatkan Laskar PDIP Jogja (BSM dan Bregodo Wirodigdo) dengan Gerakan Pemuda Kabah (GPK) Militan. Tidak main-main kerusuhan tersebut mengakibatkan 11 sepeda motor rusak dan 3 rumah warga jendelanya pecah.

Bukan lagi sebuah rahasia, konflik antara pendukung parpol acapkali terjadi. Masih segar dalam ingatan berbagai peristiwa perseteruan antar pendukung parpol yang terjadi pada pemilu tahun 2019.

 Munculnya istilah "cebong" untuk pendukung Jokowi dan "kampret" untuk pendukung Prabowo. Pemilu berlalu, istilahnya bergeser jadi "buzzer" dan "kadrun". Setelah rekonsiliasi, istilah "kadrun" disematkan pada orang-orang yang kecewa terhadap keputusan Prabowo tersebut.

Gesekan dan konflik kerap kali terjadi ketika pemilu. Para simpatisan layaknya follower setia yang akan selalu mendukung calon pilihannya. Saling olok antar pendukung karena pilihannya di hina pun sudah menjadi hal biasa.  Mirisnya pemilu yang berlangsung sesaat bisa menjadi persoalan 7 turunan. Inilah yang tejadi jika ikatan yang membentuk manusia adalah ikatan kelompok. Baik buruknya hanya distandarkan pada kelompoknya saja.

Kekecawaan pun dituai para simpatisan. Nyatanya para elite parpol bisa merapat pada kubu pemerintah demi mendapatkan jatah kursi. Para pendukung yang telah mengeluarkan daya dan upaya untuk memenangi pertarungan malah dilupakan.

Pesta Rakyat jadi Drama

Pilpres 2019 yang dikatakan sebagai pesta rakyat tidak ubahnya sebuah drama yang sudah diketahui ujung ceritanya. Seharusnya para pendukung memang tidak perlu menaruh kecewa, karena inilah politik dalam sistem demokrasi. Tak ada kawan  dan lawan, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Pilpres memang drama, setelah bersusah payah bertarung, malah menjadi kawan dekat.

Keberadaan Partai Politik

Keberadaan partai politik pada sistem hari ini kebanyakan bersifat pragmatis dan jauh dari idealis. Tujuan dari parpol tentulah melancarakan bakal calonnya melanggeng menuju istama. Begitu pula setiap kebijakan parpol, distandarkan pada manfaat menurut kelompoknya.

Bergabung dalam sebuah koalisi atau berpindah kubu adalah hal biasa dalam sistem demokrasi yang terterapkan. Pandangannya adalah meraih kekuasaan setinggi-tingginya, baik saat pilkada, pileg ataupun pilpres. Mendukung paslon tertentu sejatinya hanya untuk mendapatkan apa yang mereka ingin. Seherapa besar peluang dan keuntungan  yang akan didapatkan jika mereka berkoalisi.

Masyarakat hari ini jelas sangat merugi jika  mengedepankan fanatisme terhadap golongan/partai. Bertikai dan bersatu atas nama kepentingan kelompok. Masyarakat seharusnya tahu realitas yang terjadi pada sistem demokrasi saat ini.  Bentrokan pun terjadi tanpa mengindahkan semangat persaudaraan dan persatuan.

Parpol dalam Islam

Berdirinya Parpol yang menjadikan Islam sebagai asasnya bukan hanya untuk memuaskan nafsu berkuasa dan memenangkan suara terbanyak. Parpol memiliki peran yang strategis dalam melakukan perubahan. Parpol bertugas membentuk kesadaran dan pemahaman politik masyarakat yang benar, yang mana politik bermakna mengurusi urusan rakyat.

Parpol hadir untuk membina dan mendidik umat dengan pemahaman yang lurus sesuai pandangan Islam. Parpol jugalah yang melakukan koreksi terhadap kebijakan penguasa. Parpol pantang bersikap manis hanya untuk menyenangkan penguasa. Hadirnya parpol ditengah-tengah umat  untuk membela kepentingan dan kemaslahatan masyarakat.  

Tugas parpol untuk mengoreksi penguasa menjadikan Islam membolehkan berdirinya banyak parpol untuk muhasabah kepada penguasa. Dalam Islam, berpolitik mewujud dalam aktivitas amar makruf nahi mungkar. Artinya, tugas parpol sebagai penyambung aspirasi rakyat dalam rangka membangun kesadaran penguasa ketika menjalankan tugas dan amanahnya.

Karena itu kehadiran partai bukanlah untuk membela golongan dan kelompok tertentu. Gerak perjuangan parpol harus terikat dan bersandar pada ikatan yang benar, yaitu pada akidah Islam. Wallahualam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun