Memilukan hati umat muslim, pembakaran Al-Quran kembali terjadi. Padahal kejadian itu belum berselang lama sejak pembakaran Al-Quran yang terjadi di Swedia. Perilaku tersebut bahkan dilakukan secara terang-terangan di hari raya umat muslim. Atas nama hak kebebasan, umat muslim justru tertindas dan dilecehkan. Sebenarnya siapakah pihak yang intoleran?
Bagaimana pula sikap kaum muslim?
Sekadar Kecaman
Muslim manapun pasti akan merasakan marah ketika agamanya dihina. Sebagaimana yang HAMKA katakan "Jika kamu tak marah saat agamamu  dihina, gantilah pakaianmu dengan kain kafan." Hilang kemarahan hilang pula keimanan dalam diri seorang muslim.
Marah tidaklah cukup, mengecam tidak akan mempan. Penghinaan nyatanya masih terus dilakukan. Sementara para pelakunya jelas-jelas mendapatkan perlindungan hukum dari negaranya. Para aparat bahkan memberikan penjagaan ketika aksi dilakukan. Mulai dari Rasmus Paludan, Stram Kurs hingga Salwan Momika masih bebas berekspresi, berlindung atas nama kebebasan .
Protes dan kecaman dikeluarkan  oleh negeri mayoritas muslim, termasuk Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kemenlu "Aksi itu menunjukkan Islamofobia, kebencian terhadap Islam, religion of peace (agama damai)," kata Retno dalam rekaman video yang dirilis Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Rabu (12/7/2023), dikutip dari Antara.news.
Umat muslim dapat dikatakan lemah, karena tidak mampu melakukan apa-apa padahal mereka adalah agama mayoritas saat ini. Muslim saat ini ibarat sapu lidi yang tidak memiliki ikatan, tercerai berai setiap bagiannya. Berapapun jumlahnya tidak akan membersihkan kotoran. Untuk menyatukannya dibutuhkan pemersatu agar menjadi kuat. Begitulah muslim hari ini, membutuhkan naungan untuk mempersatukan agar dapat saling melindungi.
Untuk menyatukan umat muslim diperlukan dua hal, yaitu institusi politik dan pemimpin yang menyatukan. Tanpa kedua hal ini, tidak bisa melindungi Al-Qur'an muruah Nabi, juga melindungi negeri muslim yang berada dalam penindasan.
Pembelaan Hakiki
Sejatinya apa yang menimpa kaum muslim hari ini sangat menyesakkan. Negeri-negeri mayoritas muslim tak bisa berbuat apa-apa selain kecaman semata. Penghinaan pun akan terus terjadi sebab tidak ada aturan tegas yang menindaklanjuti perbuatan mereka.
Membakar dan melecehkan Al-Quran adalah tindakan kejahatan. Sudah sepatutnya diberikan hukuman dan sanksi yang tegas. Rasulullah sangat marah saat yang dihina adalah Agama. Begitu pula para sahabat dan para pemimpin kaum muslimin.
Tegasnya Islam terhadap pelaku penista agama tercermin dari sikap Khalifah Abdul Hamid ketika merespons pelecehan kepada Rasulullah saw. Prancis menggelar teater yang melecehkan Rasulullah SAW. Atas kejadian tersebut Khalifah Abdul Hamid berkata kepada duta  Prancis, "Jika kalian tidak menghentikan pertunjukan tersebut, maka tunggulah kehancuran dunia di sekitarmu."
Sikap tegas dan berwibawa seperti ini seharusnya dimiliki oleh pemimpin kaum muslim. Namun, hari ini umat akan terus dihina karena tidak ada pemimpin muslim yang lantang dan berani membela agama. Akibat ketidakadaan khilafah sebagai institusi politik, umat berada dalam kepiluan yang panjang. Umat tersekat-sekat oleh negara bangsa, terpisah karena kepentingan masing-masing negera, terhalang oleh sekularisme yang melekat dalam pikiran dan perasaan umat. Akibatnya, tidak pernah tergambar betapa indahnya persatuan umat dalam naungan Khilafah.
Muslim saat ini jauh dari pemahaman dan gambaran kehidupan Islam. Persatuan umat Islam dalam Khilafah dianggap sebagai perkara sulit terwujud. Akan tetapi, memang inilah yang Barat inginkan dari umat Islam, yakni hilangnya keyakinan dan kepercayaan diri umat sebagai umat terbaik.
Penerapan syariat Islam memberi dampak pada penjagaan agama dan akidah. Agama benar-benar dijaga kemuliaannya. Penerapan syariat dalam tataran negara pun meniscayakan penjagaan terhadap rakyatnya. Menjaga persatuan dan kesatuan untuk tidak terpecah belah dan diinjak-injak oleh bangsa lain.
Tak pelak hanya dengan penerapan Islam secara kafah, agama ini terlindungi. Alhasil, seruan penegakan syariat Islam harus terus disuarakan agar umat memahami bahwa satu-satunya pilihan hidup terbaik saat ini dan seterusnya adalah diterapkannya syariat Islam di segala aspek kehidupan. Wallahualam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H