Mondok mau jadi apa ?, santri bisa apa ? sehari-hari makanannya kitab dan kitab, gak tahu perkembangan zaman saat ini, kudet dan lain-lain. Pernyataan seperti sering kali dilontarkan oleh orang -orang yang sebenarnya kurang Update perkembangan pondok pesantren, menganggap sistem pembelajaran yang stagnan dan masih memiliki pola fikir klasik.Â
Sering kita mendengar atau mendapatkan pertanyaanJika kita amati, sekarang hampir banyak pondok pesantren yang telah menerapkan sistem kurikulum dengan tidak meninggalkan kesalafan pondok pesantren. Pondok Pesantren tidak hanya mentransfer ilmu dari guru ke santri akan tetapi lebih dari itu, pondok Pesantren mengajarkan kemandirian, kegigihan, kepekaan sosial dan keberkahan yang tidak didapatkan di luar pondok pesantren.Â
Jika kita falshback pada era 90-an, ada presiden ke-4 Republik Indonesia yakni Abdurrahman Wahid atau sering dikenal dengan sebutan Gus Dur. Beliau merupakan cucu dari pendiri Nahdatul Ulama Kiai Hasyim Asy'ari yang memiliki sejarah politik diIndonesia. Gus Dur dikenal kebijakannya dan pemikiran yang visioner dan moderat dan toleran, hal ini dibuktikan selama beliau menjabat menjadi seorang presiden beliau mencabut pelarangan perayaan hari imlak. Pencabutan ini disebab Gus Dur menganggap bahwa seluruh manusia memiliki hak yang sama tanpa ada yang dikurangi atau di tambahi. Gus Dur dikenal tokoh bangsa pembela Hak Asasi Manusia, saat pemerintahannya membebaskan orang Tionghoa dari penindasan selama Orde Baru yang kemudian masyarakat Tionghoa menyebut Gus Dur sebagai "Bapak Tionghoa". Kontribusi beliau mendukung hak-hak minoritas dan perdamaian yang kemudian masyarakat sering menyebutnya sebagai "Bapak Pluralisme".
Keberhasilan Gus Dur dari segi politik dan akdemik, menunjukkan bahwa santri dapat eksis dan dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan negara Indonesia. Keberhasilan dan kegigihan Gus Dur dapat menjadi barometer santri untuk terus semangat, berpengetahuan luas, moderat dan toleran.Â
Keberhasilan seorang santri tidak hanya di buktikan oleh sosok Gus Dur, masih banyak santri lainnya yang juga berhasil dalam menyebarkan kebaikan secara moderat dan toleran.Â
Masih dalam peringatan hari santri, penggemblengan santri sangat di wajibkan agar karakter dan mental yang dimiliki dapat menunjang keberhasilan di masa akan datang.  Pentransferan ilmu tidak hanya melalui pengajian kitab seperti nahwu, shorof, fiqh, akhlak dan lainnya akan tetapi pengasahan kreatifitas, wirausaha dan bakat yang dimiliki santri. Dan menjadi apa santri nanti ? semua akan di ukur dari kesungguhannya selama menuntut ilmu di Pondok Pesantren. Menjadi apa kelak bukan ukuran kesuksesan santri, akan tetapi keberkahan yang didapatkan dalam proses mencari ilmu itulah menjadi point penting. Menjadi Guru, Mentri, Polisi, Tentara misalnya itu merupakan pilihan, karena pada hakikatnya akan menjadi apa kelak santri, santri tetaplah santri.Â
Selamat Hari SantriÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H