Penulis : Musa Rustam
Penerbit : Pustaka Muda, Jakarta
Cetakan : I, Agustus 2015
Tebal : 266
Halaman Ukuran : 14,8 X 21 cm (A5)
ISBN : 978-602-72903-1-0
Harga buku : Rp. 51.250
“Ketika doa Emak,
perjuangan yang meneteskan air mata demi Asa”
Ketika cinta Emak,
menguatkan alang rintang pada Asa”
====================================================
Kelahiran anak yang merupakan salah satu karunia yang diberikan Allah kepada orang tua. Yang mana orang tua bertanggung jawab pada diri si anak untuk membesarkannya, sebagai renungan dalam buku ini bahwa tidak hanya orang tua yang selalu bertanggung jawab pada anaknya, tapi juga anak harus bertanggung jawab kepada orang tua dan keluarganya. Buku yang menceritakan sebuah keluarga yang selalu mendapatkan keprihatinan dan musibah dari keadaan yang menyiksa. Dalam hal ini si anak yang bernama Asa. Asa lahir di Bantaran Kali Ciliwung di Kampung Pulo yang berasal dari kaum marjinal asli kota Jakarta.
Masa kecilnya yang selalu dirundung berbagai masalah dan cobaan. Akan tetapi Asa tidak pernah putus asa, dikarenakan dia memiliki Emak yang sangat luar biasa, yang selalu memberikan semangat dan kehangatan untuk bangkit dari berbagai sekelumit cobaan di dalam menjalani hidup. Tiba-tiba saja penyakit aneh menyerang Asa sedari dia kanak-kanak, Asa tak pernah tahu penyakit apa yang selama ini mengganggu tubuh mungilnya. Asa mencoba untuk bertahan dan melawan kondisi yang di bantu oleh Emak.
Emak selalu memberikan dorongan dan motivasi untuk selalu bersabar, jangan pernah menyerah dengan segala himpitan ekonomi yang merajai, sesungguhnya kita punya Allah yang dapat memberikan segala upaya dan jalan dari berbagai kesulitan.
Kehidupan yang keras kota Jakarta, lahir serba minim tak pernah mengecilkan asanya untuk menggapai asa karena kekuatan Doa Emak yang menghilangkan siksa. Asa kecil tak pernah jauh dari Emak yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang dan cinta seorang diri. Namun, saat beranjak dewasa, karena tuntutan keadaan yang mengharuskan Asa untuk berjuang pergi meninggalkan Emak untuk belajar dan hidup berdikari di negeri Ginseng, Korea Selatan. Bagaimana perjalanan Asa menuju Korea ini dimulai? Siapa penyelamat nyawanya dari kematian? Mengapa Asa bisa menjadi “keturunan delapan”? Bagaimana sampai bisa dilempari oleh anak SMP 56 Melawai dengan air comberan?
Siapa Princess of Village yang Asa kejar-kejar? Kenapa Asa harus berjuang bersama dengan Enam Prajurit Ciliwung? Mengapa Bapak hanya bagaikan balon tiup baginya? Bagaimana bisa sampai Doraemon, Khalifah Umar bin Khattab, KH. Abdullah Syafei, Deni Bram, bahkan Sun Tzu sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari Asa.
Doa Emak untuk Asa adalah buku pertama dari sebuah pengalaman yang dituliskan dari pengalaman kekuatan mimpi dan doa dari seorang ibu. Kisah yang menginspirasi tentang tanggung jawab, kewajiban seorang anak dan ibu. Dan kisah keluarga yang mencoba bangkit untuk menggapai asa. Buku ini bisa dijadikan sebagai renungan pada setiap anak, dan sikap seorang ibu pada anaknya.
Puisi Asa untuk Emak
Emak…
Malam ini dingin sekali…
bukan karena dinginnya salju…
Melebihi hujan ketika banjir dirumah kita...
Dingin karena rindu kehangatan kasih sayangmu…
Emak…
Semalam telah kupanjangkan doaku…
Telah kukhusukkan untukmu Emak…
Mungkin Allah memberi mahabah-Nya..
Sehingga hatiku terasa dekat denganmu…
Emak…
Saat semua tak ada dan tak bisa…
Tak harus kucari pelukanmu…
Tak harus ku tunggu doa-doamu…
Bahkan bentangan bumi serasa tak berarti…
Emak…
Kehangatan kasih sayangmu itu selalu nyata terasa…
Mengalir dan terasa deras disetiap langkahku…
Emak…
Detik-detik waktu membuatku rindu akan rahimmu…
Tak perlu nada yang berlebihan
Irama jantung itu begitu indah dan dirindui
Dipelukmu, ku bisa kembali merasakannya…
Emak...
Bulan dan langit yang ku tatap tadi malam…
Adalah bulan yang sama dengan yang diatas rumah bantaran kali Ciliwung…
Emak...
Aku telah biaskan kasih dan rindu ini pada langit
Emak...
Telah ku titipkan salamku untukmu pada bulan dan bintang…
Dan kubisikkan pada hembusan angin…
Terimakasih Emak…
Untuk pahit getir yang kau tempuh untukku
Begitu tegas waktu menyita masa…
Mengambil cerita-cerita…
Mengemasnya menjadi kenangan-kenangan…
Jari-jari kecil ku sekarang hanya dapat merangkum lewat kisah dan senyummu
yang sederhana…
Mengukir ilmu, dengan kekuatan cinta, kasih dan sayangmu serta doamu
Yang menembus angkasa…
Emak...
Karena Emak…
Aku ada…
Emak…
Semua tak akan lahir tanpamu…
Emak…
Rindu, kasih sayang dan doa terbaik selalu untukmu…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H