Mohon tunggu...
Musa Misbahuddin
Musa Misbahuddin Mohon Tunggu... Programmer - Seorang Mahasiswa yang sepenuhnya belum menjadi 'Mahasiswa'

Musa Misbahuddin, Mahasiswa Semester 7 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Literasi Digital Anak dan Kemampuan Literasi Digital Orangtua

15 September 2021   21:30 Diperbarui: 15 September 2021   21:40 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajari anak untuk tidak segan berkomunikasi dengan orang tua

Hal paling dasar dalam membangun sebuah hubungan adalah komunikasi. Orang tua dapat mengajak anak untuk tidak segan membuka percakapan dengan orang tuanya. 

Mulai dari hal kecil seperti kegiatan negosiasi dalam pembuatan jadwal batasan pemakaian gawai. Tentu jika orang tua mengajak anak untuk berembuk terkait hal yang demikian akan semakin membuat anak terbuka dengan orang tuanya. Dan ia akan merasa tidak dikekang karena telah diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Menjadi teladan bagi anak

Tentu, saat orang tua memberikan batasan penggunaan gawai kepada anak, orang tua pun harus mengikuti aturan tersebut. Dengan tidak memainkan gawai saat di depan anak misalnya, atau mengoperasikan alat digital saat anak telah terlelap. Hal demikian akan membangun pikiran anak untuk mencoba membandingkan dengan orang tuanya.

Selain orang tua, anak pun dituntut sedini mungkin untuk paham soal literasi digital Orang tua pastinya tidak mau anaknya justru mengakses konten-konten yang negatif. Lalu bagaimana cara menumbuhkan literasi digital pada anak?

Yang paling mendasar, diskusikan dengan anak konten apa yang boleh dan tidak boleh diakses di internet dan media sosial. Ajak anak memanfaatkan internet untuk membantu mengerjakan tugas sekolah. Ajarkan anak kesopanan dalam menggunakan media sosial, seperti saat menyapa teman atau gurunya. Atau dalam mengomentari aktivitas sosial di dunia maya.

Tidak hanya itu, orang tua juga harus mengajarkan anak bagaimana membedakan informasi fakta atau hoaks. Caranya dengan selalu tabayyun dalam menerima informasi. Selalu cek ulang kebenaran informasi. Serta jangan bagikan informasi jika tidak bermanfaat atau masih diragukan kebenarannya.

Dengan mengikuti beberapa kiat diatas, harapan penulis dapat memberi inspirasi bagi orang tua saat menerapkan literasi digital kepada keluarganya. Bagaimanapun, di era digital ini tidak bisa dipungkiri bila manusia membutuhkan akses terhadapnya. Namun, bukan berarti kita tidak berhak menjadi pengguna aktif internet yang bijak, yakni tetap mengedepankan rasional saat memainkannya.

Tahu waktu, tahu kapan boleh menggunakan akses, dan tidak sampai lupa waktu terlebih secara terang-terangan memainkan gadget di depan anak. Tentu hal itu akan menjadi contoh anak untuk tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat. Mari kita ajak anak memanfaatkan internet untuk kebaikan.

Penulis, Musa Misbahuddin sebagai Mahasiswa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Pendidikan Indonesia dengan dosen pembimbing lapangan Gano Sumarno, M.Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun