Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ancaman Nuklir di Semenanjung Korea dan Seni Kontrol Diri di antara Dua Blok

15 September 2024   15:20 Diperbarui: 15 September 2024   15:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Prabowo bersama Wakil Perdana Menteri sekaligus Menhan Australia Richard Marles, sumber: Instagram Prabowo

Penggunaan nuklir ini masih menjadi perdebatan panjang. Negara pemilik nuklir menganggap bahwa nuklir adalah simbol keperkasaan mereka. Di sisi lain, Nuklir tidak hanya digunakan sebagai senjata melainkan juga sebagai pembangkit tenaga listrik.

Menurut Edy Giri, nuklir tidak hanya identik dengan bom dan malapetaka, nuklir merupakan salah satu bidang penting dalam ilmu pengetahuan yang jika dimanfaatkan dengan baik maka akan menguntungkan bagi sebuah negara. Aspek terpenting terletak pada penggunaannya, apakah nuklir dipakai untuk menyerang lawan atau sebagai bahan kajian untuk kebermanfaatan umat manusia.

Seni Kontrol Diri dari Dua Kubu yang Berseberangan

Dalam menghadapi ancaman nuklir di Semenanjung Korea---posisi Indonesia tidak pernah berubah sejak Perang Dingin---Indonesia memilih netral alias tidak memihak di antara dua kubu yang bertikai.

Indonesia menjalin hubungan yang cukup baik dengan negara Poros Timur maupun dengan negara Poros Barat. Hubungan Jakarta-Pyongyang sudah dimulai sejak era Presiden Soekarno. Presiden Soekarno dan Presiden Kim Il Sung pernah saling berkunjung. Presiden Soekarno pernah memberikan bunga anggrek Kimilsungia kepada Presiden Kim Il Sung saat bertandang ke Indonesia.

Hubungan baik tersebut diteruskan sampai sekarang. Tak hanya di tataran pemerintah, Indonesia juga menjalin hubungan yang baik melalui people to people contact. Wisata dan kuliner adalah dua hal yang sedang ditingkatkan antar individu di kedua negara tersebut.

Hubungan Indonesia dengan Blok Timur lainnya seperti Rusia dan China juga sama. Begitu pula hubungan Indonesia dengan Blok Barat seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Prinsip politik luar negeri Indonesia 'Mendayung di Antara Dua Karang' tidak pernah direvisi sampai sekarang. Artinya Indonesia akan terus berusaha menjalin kerja sama dengan semua pihak dan selalu berada di tengah-tengah. Indonesia tidak menyatakan sikap yang condong ke satu pihak atau salah satu kubu saja.

Prinsip 'Mendayung di Antara Dua Karang' memiliki makna yang jauh lebih mendalam. Makna tersebut sangat sesuai dengan teknik pengendalian diri atau kontrol diri. Korelasi prinsip politik luar negeri Indonesia dengan seni kontrol diri adalah bagaimana Indonesia mampu mengendalikan kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan relatif tanpa kerugian maksimum. Seni kontrol diri ini sebenarnya lebih populer dalam Ilmu Psikologi tapi kegunaannya bisa bermanfaat dalam mengkaji ilmu-ilmu strategis dan keamanan.

Fenomena tersebut bukan sesuatu yang baru, dalam Hubungan Internasional pun sifat alami manusia dianggap sebagai cerminan sifat negara yang egois dan saling curiga terhadap negara lain yang lebih kuat. Thommas Hobbes menggambarkan manusia sebagai serigala bagi serigala lainnya. Manusia akan memaksimalkan kemampuannya untuk mendapatkan kepentingan dirinya, mirip seperti apa yang dilakukan oleh sebuah negara. Mearsheimer melihat sistem internasional yang anarki menyebabkan tidak adanya rasa saling percaya antar negara karena tiap-tiap negara merasa dirinya tidak aman jika tidak mengekor ke negara yang jauh lebih kuat.

Indonesia perlu menahan diri untuk tidak berspekulasi terlalu berlebihan dalam melihat ancaman nuklir di Semenanjung Korea. Rasa was-was terhadap kemungkinan terbitnya eskalasi yang lebih besar memang wajar namun bukan berarti Indonesia menghilangkan rasa saling percaya terhadap kedua kubu, lantas memilih condong ke salah satu kubu saja.

Indonesia bukan negara yang berada di Kubu Timur yang tidak percaya pada Kubu Barat, Indonesia juga bukan negara yang memihak pada Kubu Barat---sehingga Indonesia perlu meningkatkan tembok prasangka buruk kepada Kubu Timur. Jika perang baru benar-benar muncul, Indonesia bisa mengaktifkan kembali gerakan nonblok yang dulu sempat dipuji-puji oleh negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun